WASHINGTON, KOMPAS.TV – Setelah melalui masa kampanye dengan segala dinamikanya, akhirnya rakyat Amerika Serikat melaksanakan hajatan demokrasi terbesar di negaranya, yaitu pemilihan umum.
Pada Selasa (3/11/2020) rakyat AS memberikan suara dan memutuskan, apakah memilih Donald Trump atau Joe Biden sebagai pemimpin mereka.
Pilihan ini sangat menentukan nasib mereka, terutama dalam memilih seorang pemimpin yang akan mengarahkan negara di tengah pandemi.
Hingga kini kasus Covid-19 di AS masih tinggi dan telah menewaskan lebih dari 231.000 orang. Mereka juga membutuhkan pemimpin yang dapat memberikan lapangan kerja untuk membangun kembali kehidupan di tengah pandemi.
Hampir 100 juta orang Amerika telah memberikan suara lebih awal, angka ini memecahkan rekor pemungutan suara awal. Sedangkan hari Selasa merupakan puncak dari pemilihan.
Biden memasuki Hari Pemilu dengan percaya diri. Dia telah memiliki banyak jalur menuju kemenangan. Sementara Trump harus mengejar ketinggalan di sejumlah negara bagian. Trump memiliki jalan yang lebih sulit, tapi masih memiliki kemungkinan untuk meraih 270 suara electoral college.
Kedua kandidat telah memberikan suara lebih awal. Ibu Negara Melania Trump memberikan suara pada hari Selasa di dekat Mar-a-Lago, yaitu kawasan perkebunan milik Trump di Palm Beach, Florida.
Melania yang baru saja sembuh dari COVID-19, adalah satu-satunya orang yang tidak memakai masker saat memasuki TPS.
Juru bicaranya, Stephanie Grisham, mengatakan ibu negara adalah satu-satunya orang di TPS itu, selain petugas pemungutan suara dan stafnya. Semua petugas TPS dan para staf, sebelumnya telah melalui uji Covid-19.
Sebagian besar para pemilih harus melalui antrean panjang dan menghadapi ancaman virus untuk memberikan suara tahun ini.
Mereka juga dihadapkan pada dua kandidat yang sangat bertolak belakang dalam visi di tengah pandemi.
Jumlah pemilih yang melakukan pemungutan suara awal telah memecahkan rekor, namun masih menyisakan perselisihan hukum tentang bagaimana surat suara akan dihitung.
Hal ini membuat Trump menuding terjadi kecurangan, dan Trump menolak untuk menjamin akan menghormati hasil pemilihan.
Pemungutan suara pertama ditutup pada pukul 6 sore waktu bagian timur di Indiana dan Kentucky, diikuti dengan penutupan pemungutan suara secara gradual setiap 30 menit hingga satu jam sepanjang malam. Pemungutan suara terakhir akan ditutup di Alaska.
Kampanye dan debat capres yang berlangsung keras, diperkirakan akan membuat perpecahan di AS.
“Saya yakin ada banyak perpecahan dan pemisahan,” kata Kelvin Hardnett seorang pemilih di Atlanta, seperti dilansir dari the Associated Press.
Hardnett termasuk di antara puluhan pemilih yang antre lebih dari satu jam di TPS Cobb County Civic Center, Atlanta.
“Masalah terpenting bagi kami adalah mengesampingkan perbedaan pribadi yang kami miliki satu sama lain,” kata Eboni Price, warga Houston berusia 29 tahun yang menunggang kuda menuju TPS.
Di medan pertempuran yang paling diperebutkan kedua kandidat seperti Florida, Iowa, Georgia, Michigan, dan Pennsylvania, beberapa pemilih datang ke TPS sebelum fajar, untuk menghindari antrean panjang.
Namun tetap saja, mereka akhirnya tetap harus menunggu dalam anteran panjang untuk memberikan suara.
Di Virginia Beach, Gabriella Cochrane yang berusia 54 tahun, mengatakan Biden adalah pilihan paling cerdas dan terbaik untuk melawan pandemi.
Di Concord, New Hampshire, Linda Eastman yang berusia 70 tahun mengatakan dia memberikan suaranya kepada Trump. Dia mengatakan “Mungkin dia tidak sempurna untuk menangani virus corona, tapi saya pikir dia melakukan yang terbaik yang dia bisa lakukan. ”
Pemilih Trump lainnya mengatakan bahwa Trump tidak mendapatkan cukup pujian ketika dia berhasil meningkatkan ekonomi, sebelum pandemi melanda.
"Dia melebihi setiap ekspektasi," kata Adam Baker, 59, dari West Bloomfield, barat laut Detroit. "Ekonomi, keamanan nasional, peraturan hukum, perlakuannya terhadap sekutu kita dan pendiriannya terhadap Israel, juga untuk kembali ke keadaan normal," tambahnya.
Di Philadelphia barat, James Jenkins, 68, seorang pensiunan tukang kayu dan mekanik, mengatakan dia tidak ingin mengambil risiko dengan melakukan pemilihan melalui pos. Dia memilih untuk memberikan suara langsung untuk Biden di TPS.
"Saya tidak ingin memilih melalui tukang pos," kata Jenkins. Ia menunggu sekitar satu jam dalam antrean, untuk memberikan suara.
"Saya suka berdiri di sini dan melihat orang-orang smenunggu dalam antrean dan melakukan tugas sipil saya," ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.