Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dikutip Arab News mengatakan dalam sebuah tweet bahwa komunitas internasional telah "melindungi" kesepakatan nuklir tersebut dan hari Minggu menandai normalisasi kerja sama pertahanan Iran dengan dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melarang Iran membeli sistem senjata dari negara lain pada tahun 2010 di tengah ketegangan atas program nuklirnya. Sebelumnya, Iran mengalami embargo ekspor senjata ke negara lain.
Badan Intelijen Pertahanan AS seperti dikutip Associated Press memperkirakan pada 2019 jika embargo berakhir, Iran kemungkinan akan membeli jet tempur Su-30 Rusia, pesawat latih Yak-130 dan tank T-90.
Teheran juga mungkin mencoba membeli sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia dan sistem rudal pertahanan pesisir Bastion.
Iran selama ini tertinggal jauh dari negara-negara Teluk yang didukung AS seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang telah membeli miliaran dolar persenjataan canggih Amerika Serikat.
Menanggapi hal tersebut, Teheran beralih ke pengembangan rudal balistik buatan lokal. Iran mengecam pembelian peralatan pertahanan buatan AS di Teluk Arab dimana beberapa senjata tersebut digunakan dalam perang yang sedang berlangsung di Yaman.
Konflik itu mengadu domba koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah negara yang diakui secara internasional melawan pasukan pemberontak yang didukung oleh Iran.
Seperti dilansir Associated Press, embargo senjata PBB, tidak menghentikan Iran untuk mengirim senjata mulai dari senapan serbu hingga rudal balistik kepada pemberontak Houthi Yaman.
Sementara Teheran membantah mempersenjatai Houthi, pemerintah negara-negara Barat dan pakar senjata berulang kali mengaitkan senjata Iran dengan pemberontak.
Enam negara Teluk Arab yang mendukung perpanjangan embargo senjata mencatat pengiriman senjata ke Yaman sebagai keberatan mereka terhadap dimulainya kembali penjualan senjata ke Iran.
Mereka juga menyebutkan dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Iran secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina pada bulan Januari dan angkatan lautnya secara tidak sengaja menewaskan 19 pelaut dalam serangan rudal selama latihan.
Baca Juga: Garda Revolusi Iran Ancam Incar Pejabat AS yang Terlibat Pembunuhan Qassem Soleimani
PBB juga mengaitkan Iran dengan serangan 2019 di kilang minyak mentah utama Arab Saudi, meskipun Teheran menyangkal adanya hubungan apa pun dan pemberontak Yaman, Houthi, mengaku bertanggung jawab.
Hari Minggu juga menandai berakhirnya larangan perjalanan PBB terhadap sejumlah anggota Garda Revolusi militer dan paramiliter Iran.
Ketegangan antara Iran dan AS mencapai puncaknya pada awal tahun ini, ketika pesawat tak berawak Amerika membunuh seorang jenderal top Iran di Baghdad. Teheran membalas dengan serangan rudal balistik terhadap pasukan AS di Irak yang melukai puluhan.
Sementara itu, Iran beberapa kali sengaja melanggar batas kesepakatan nuklir dalam upaya menekan Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, provokasi antara Iran dan Amerika Serikat melambat ketika Presiden Donald Trump menghadapi kampanye pemilihan ulang melawan mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Biden mengatakan dia bersedia menawarkan Iran jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi jika Teheran kembali menuruti "kepatuhan ketat" dalam kesepakatan nuklir tersebut. (Edwin S Bimo)
Baca Juga: Proposal Perpanjangan Embargo Iran Ditolak DK PBB, AS Belum Menyerah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.