Waktu sarapan digeser lebih awal menjadi waktu sahur, sementara makan siang menjadi sore atau saat berbuka puasa. Lalu makan malam dilakukan usai salat tarawih.
Aktivitas puasa sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat dan menyenangkan.
Dokter Fita menyarankan agar orang tua mengajak anak mengaji bersama, pergi ke masjid bersama, menyiapkan menu buka atau sahur bersama, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat membuat anak senang dan termotivasi untuk berpuasa.
"(Kalau) lihat orang tuanya ketika berpuasa hanya tidur saja, itu (dapat) membuat anak menjadi lebih lemas dan jenuh, sehingga dia tidak senang dengan kondisi berpuasa,” jelasnya.
Baca Juga: Mau Bayar Fidyah untuk Ganti Utang Puasa Ramadan? Cermati Penjelasan dan Aturannya!
Dokter Fita menyarankan agar aktivitas fisik anak yang berlebihan sebaiknya dikurangi, seperti berlarian dan sebagainya.
Tujuannya agar anak-anak tak cepat kelelahan atau bahkan mengalami dehidrasi. Sebagai gantinya, orang tua bisa mengajak anak untuk mengaji bersama, mewarnai bersama, dan lain-lain.
Memberikan motivasi dan penghargaan kepada anak sebaiknya seperlunya saja.
Dokter Fita mencontohkan, orang tua bisa memberi sticker untuk menandakan keberhasilan anak atau memberi makanan yang anak sukai.
“Cukup reward yang menyenangkan untuk anak saja, sesuai dengan kebutuhannya, seperti ingin makan apa, dan lain-lain,” pungkasnya.
Baca Juga: 4 Bacaan Niat Fidyah Berdasarkan Alasan Tak Puasa Ramadan, Perhatikan Bedanya!
Sumber : Kompas TV/ugm.ac.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.