JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar kegempaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja, menyebut konstruksi bangunan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya banyak korban jiwa akibat gempa Cianjur.
Danny menyebut kebanyakan rumah di Indonesia tidak dipersiapkan untuk konstruksi tahan gempa. Bahkan, banyak juga rumah yang tidak memenuhi standar umum.
"Banyak rumah-rumah yangg dibangun malah tidak memenuhi standar yang umum juga, sehingga lemah sekali strukturnya. Jadi kalau digoyang (gempa) yang tidak keras pun sudah bisa roboh," kata Profesor Riset bidang Geologi Gempa dan Kebencanaan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN itu kepada KOMPAS.TV, Rabu (23/11/2022).
Untuk mencegah atau memperkecil dampak gempa bumi seperti yang terjadi di Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022), masyarakat perlu memahami cara membangun rumah tahan gempa.
Baca Juga: Pakar Ungkap 3 Hal Penting Mitigasi Gempa Bumi: Konstruksi Bangunan hingga Pendidikan Masyarakat
Melansir dari situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada sejumlah syarat pokok rumah tahan gempa, yaitu:
Bahan bangunan yang digunakan dalam membangun sebuah rumah tahan gempa harus berkualitas baik serta dikerjakan dengan benar. Masyarakat dapat menggunakan bahan yang terbuat dari beton, mortar, batu pondasi, batu bata, dan kayu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran beton. Campuran beton terdiri dari semen, pasir, kerikil, dan air dengan perbandingan 1 : 2 : 3 : 0,5. Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental).
Ukuran kerikil yang baik maksimum 20mm dengan gradasi yang baik. Selain itu, semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir bersih : air secukupnya. Pasir yang digunakan sebaiknya tidak mengandung lumpur karena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan semen.
Pondasi terbuat dari batu kali atau batu gunung yang keras dan memiliki banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat.
Batu bata yang baik memiliki ciri-ciri di antaranya bagian tepi lurus dan tajam, tidak banyak retakan, tidak mudah patah, dan dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.
Selain itu batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukul satu sama lain. Batu Bata yang baik juga tidak banyak mengeluarkan gelembung dan tidak hancur saat direndam air.
Sebelum batu bata dipasang, lakukan perendaman bata sekitar 5-10 menit gingga tercapai penuh permukaan kering pada bata. Kemudian dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini dilakukan agar tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan menjadi kurang kuat
Kayu bahan bangunan yang berkualitas memiliki ciri-ciri keras, kering, berwarna gelap, tidak ada retak, dan lurus.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi Tegaskan Tak Ada Alat Prediksi Gempa, Pastikan Isu Viral Gempa Besar Susulan Hoaks
Struktur utama bangunan tahan gempa terdiri dari pondasi, balok pengikat (sloof), kolom, balok keliling (ring), struktur atap, dan dinding.
Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan dimensi dan melalui metode yang benar.
Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional. Struktur bangunan juga harus bersifat daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi gempa.
Hubungan antar-elemen struktur bangunan rumah tinggal tahan gempa terdiri dari:
Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/sloof ditanam angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur adalah 1 meter.
Pada hubungan antara balok pengikat/sloof dengan kolom, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok pengikat/sloof dengan "panjang lewatan" paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
Antara kolom dan dinding dihubungkan dengan pemberian angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter 10 mm dan panjang minimal 40 cm.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi LIPI Ungkap Penyebab Gempa Cianjur Timbulkan Banyak Korban Jiwa
Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan "panjang lewatan" paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan "panjang lewatan" paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
Dalam pasangan bata pada gunung-gunung diberi angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter paling kecil 10 mm dan panjang minimal 40 cm.
Baca Juga: Anggota DPR Tertawakan Kepala BMKG Masuk Meja saat Gempa Disorot, Ini 7 Langkah Penting Lainnya
Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Untuk mempermudah pelepasan cetakan dapat menggunakan minyak yang dilumurkan ke permukaan cetakan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.