Saat ingin berbohong, tutuplah mulut dan pejamkan mata untuk berpikir sejenak. Setelah itu, tenangkan diri dan mulailah berkata jujur. Sertakan juga bukti konkret yang mendukung perkataan kita.
Apabila masih kesulitan, sebaiknya kita meminta bantuan profesional, misalnya psikolog atau psikiater.
Hal itu menandakan bahwa kebohongan kita sudah digolongkan sebagai kebiasaan yang sulit dihilangkan. Bisa saja selama ini kita menderita mitomania.
Di dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna. Banyak orang yang berbohong untuk membuat dirinya terlihat lebih hebat. Padahal, hal itu adalah suatu kesia-siaan karena setiap kebohongan pasti bisa terbongkar cepat atau lambat.
Baca Juga: Belajar Tentang Kesehatan Mental Lewat Podcast Anyaman Jiwa
Terima diri apa adanya dan berusahalah untuk mencintai segala kelebihan dan kekurangan kita.
Dengan menerima, tak akan muncul lagi perasaan bahwa kekurangan diri adalah hal buruk yang harus ditutup-tutupi. Justru, kekurangan bisa membawa warna dan tantangan pada hidup.
Perilaku sering berbohong dapat menjadi tanda bahwa orang tersebut memiliki gangguan psikologis, seperti yang terjadi pada Jane Toppan.
Jane Toppan adalah seorang perawat yang merupakan pembunuh berantai. Dia melakukan berbagai kebohongan untuk menutupi aksi sadisnya.
Kisahnya diceritakan lengkap dalam siniar Tinggal Nama bertajuk "Jane Toppan: Sang Perawat Pencabut Nyawa [Pt.2]".
Toppan dikisahkan memalsukan sertifikat perawatnya agar bisa terus menjadi perawat dan mencari korban baru untuk memuaskan hasrat kejinya.
Bahkan, setelah menyiksa korbannya, ia kerap berbohong hingga akhirnya semua pasiennya tewas.
Ingin tahu bagaimana dampak dari kebohongan yang Jane Toppan lakukan? Segera dengarkan dan ikuti siniar Tinggal Nama agar kalian menemukan jawabannya! (Alifia Putri Yudanti & Ikko Anata)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.