JAKARTA, KOMPAS.TV - Ternyata bukan hanya orang dewasa, remaja juga punya potensi mengalami masalah kesehatan mental di masa pandemi.
Penutupan sekolah, pembatalan berbagai agenda dan hiburan mengakibatkan timbulnya rasa takut, cemas, dan khawatir di kalangan remaja. Perasaan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental pada remaja, Dr. Lisa Damour, seorang psikolog remaja, memberikan beberapa saran.
Baca Juga: Selamatkan Sahabatmu, Berikut Tanda-tanda Seseorang yang Berpikir Bunuh Diri Akibat Kesehatan Mental
Berikut 5 tips menjaga kesehatan mental di masa pandemi untuk remaja dari Dr. Lisa seperti dilansir dari laman resmi Satuan Tugas Penangan Covid-19.
Di zaman yang sudah modern saat ini, berkomunikasi tidak harus dilakukan secara langsung. Kamu bisa memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan keluarga jauh atau teman-teman.
Meski peran media sosial baik, namun Dr. Lisa mengingatkan agar tidak kebablasan dalam penggunaannya. Tetap diperlukan pengaturan waktu atau screen time dalam keseharian.
“Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja. Mereka akan menemukan cara untuk terhubung dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tetapi memiliki akses tanpa batas ke layar kaca atau media sosial itu bukan hal yang bagus. Itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu,” kata Dr. Lisa seperti dikutip dari covid19.go.id, Selasa (19/10/2021).
2. Fokus pada diri sendiri
Jika sebelum pandemi kamu begitu disibukkan dengan berbagai kegiatan, kini saatnya kamu fokus pada dirimu sendiri. Kamu bisa memanfaatkan waktu ini untuk menambah kemampuan dengan cara banyak membaca atau mengikuti kursus online.
Kamu juga bisa melakukan hal-hal produktif lainnya untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun mental. “Kalau sudah bicara tentang perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah berusaha melaluinya,” ucap Dr. Lisa.
3. Rasakan perasaanmu
Menurut Dr. Lisa, cara terbaik untuk mengatasi kekecewaan adalah dengan membiarkan dirimu merasakannya.
“Kalau soal mengalami perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah berusaha melaluinya. Lanjutkan hidupmu dan jika merasa sedih, selami perasaanmu. Jika kamu bisa membiarkan dirimu merasa sedih, akan lebih cepat pula kamu merasa lebih baik,” ungkapnya.
Tentu perasaan kecewa tidak dapat dipungkiri manakala kita kehilangan kesempatan untuk mengikuti acara-acara dengan teman, kegiatan untuk menyalurkan hobi, atau pertandingan olahraga, tapi ini bisa diatasi.
Baca Juga: Peduli Kesehatan Mental, PT KAI Sediakan Konseling untuk Pegawainya
Beberapa anak akan menyalurkan perasaan mereka dengan membuat karya seni. Sementara beberapa lainnya memilih berbicara dengan teman-teman mereka dan menggunakan kesedihan yang dirasakan bersama sebagai cara untuk merasa terhubung di tengah situasi ketika mereka tidak bisa bertemu secara fisik.
“Setiap orang punya cara berbeda untuk mengolah perasaan. Bagaimanapun caranya yang penting adalah kamu melakukan hal yang terasa benar bagimu,” demikian ucap Dr. Lisa.
4. Cari pengalihan
Di dalam hidup tak jarang kita harus berhadapan dengan kondisi yang sulit untuk dilalui. Namun, cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah mengenali masalah terlebih dahulu.
Masalah yang timbul bisa hal-hal yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan seperti saat ini. Oleh sebab itu, kita memerlukan pengalihan untuk mengatasinya.
Menurut Dr. Lisa, kita bisa mencari pelampiasan yang positif dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya seperti mengerjakan tugas, membaca buku atau novel, menonton film, memasak, membuat kue, berolahraga, bernyanyi, menari, melukis atau bahkan membuat kreativitas baru.
5. Cemas adalah hal yang wajar
Sadari bahwa rasa cemas yang kamu alami bukan hanya terjadi pada dirimu sendiri tapi hampir seluruh remaja di dunia. Kehilangan momen penting dalam hidup memang berat, tidak salah jika kamu mengalami rasa cemas karena itu adalah hal wajar.
Dr. Lisa mengungkapkan para psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri.
Menurut dia, rasa cemas dapat membantu kita dalam mengambil keputusan yang harus dibuat saat ini, seperti tidak menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok besar, mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah.
“Perasaan-perasaan tersebut tidak hanya membantu menjaga dirimu, tapi juga orang lain. Hal inilah yang mencerminkan bagaimana kita ikut menjaga anggota masyarakat. Kita juga memikirkan orang-orang di sekitar kita, lho,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk mengatasi kecemasan akibat Covid-19, bisa diatasi dengan mencari informasi terkini dari sumber yang akurat dan terpercaya seperti situs dan media sosial milik pemerintah atau media yang kredibel.
“Dan jika kamu merasa mengalami gejala Covid-19 segera beritahu orang tua agar segera diatasi. Karena umumnya pada anak dan remaja, gejalanya ringan,” demikian ucap Dr. Lisa.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Ini 5 Aktivitas 'Me Time' yang Berkualitas
Sumber : Kompas TV/covid19.go.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.