Setelah itu, pengunjung pun dapat menyantap beragam kuliner yang dijajakan di sekitar alun-alun, mulai dari jagung bakar, pisang bakar, wedang ronde, wedang bajigur, dan aneka menu lain.
Baca Juga: 5 Wisata Sungai di Yogyakarta yang Bea Masuk Bayar Seikhlasnya
4. Alun-Alun Utara
Alun-Alun Utara yang memiliki luas sekitar 150 meter x 150 meter ini terletak tepat di sebelah utara Keraton Yogyakarta. Hampir sama dengan Alun-Alun Selatan, di sini juga terdapat dua pohon beringin tepat di tengah alun-alun. Kedua pohon beringin tersebut bernama Kyai Wijayandaru dan Kyai Dewandaru.
Dulunya alun-alun digunakan sebagai tempat latihan prajurit.
Di tempat ini pengunjung bisa melakukan beberapa kegiatan, di antaranya adalah berjalan-jalan di sekitar alun-alun dan menikmati sajian kuliner yang ada di sekelilingnya.
Jika berkunjung ke Alun-Alun Utara di saat yang tepat, misalnya saat Maulid Nabi atau pegelaran budaya lainnya, ada sejumlah pertunjukan budaya yang bisa dinikmati secara gratis.
5. Taman Sari
Taman Sari merupakan salah satu destinasi wisata di Yogyakarta. Bangunan kuno ini merupakan salah satu bangunan milik Kesultanan Yogyakarta.
Selain sebagai destinasi wisata, pada saat tertentu, Taman Sari masih digunakan sebagai tempat ritual oleh keluarga raja.
Bentuk arsitektur bangunan perpaduan Portugis-Jawa menjadi daya tarik tersendiri, meskipun sebagian bangunan tak lagi utuh.
Di Taman Sari juga terdapat bangunan bernama Sumur Gumuling, yakni bangunan dua lantai berbentuk melingkar yang dulunya merupakan tempat beribadah.
6. Tugu Pal Putih
Tugu Pal Putih atau yang lebih dikenal dengan nama Tugu Jogja terletak di tengah perempatan antara Jl Mangkubumi, Jl Jendral Sudirman, Jl AM Sangaji, dan Jl Dipenogoro.
Tugu ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755. Tugu ini terletak di jalur garis magis yang menghubungkan laut selatan, Kraton Jogja, dan Gunung Merapi.
Pembangunan tugu ini untuk menggambarkan manunggaling kawula gusti, atau persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan.
Semangat persatuan itu disebut golong gilig, yang tergambar jelas pada bangunan tugu saat itu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat). Tugu itu dinamai Tugu Golong-Gilig.
Ketinggian awal bangunan Tugu Golong Gilig ini mencapai 25 meter. Namun, setelah gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada 10 Juni 1867, tugu Golong Gilig runtuh.
Pada tahun 1889, pemerintah Belanda merenovasi seluruh bangunan tugu. Bentuknya pun berubah seperti saat ini, yakni persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu.
Tinggi tugu pun menjadi hanya 15 meter. Sejak saat itulah Tugu Jogja dinamai Tugu Pal Putih.
7. Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg terletak sisi selatan kawasan Malioboro. Benteng ini dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda sebagai benteng pertahanan.
Benteng ini beberapa kali mengalami perubahan fungsi, yakni tahun 1760–1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan. Selanjutnya, pada tahun 1830–1945, difungsikan sebagai markas militer Belanda dan Jepang. Tahun 1945–1977, difungsikan sebagai Mabes Militer RI.
Saat ini, benteng yang merupakan bangunan cagar budaya tersebut menjadi museum. Di dalamnya terdapat diorama perjuangan bangsa Indonesia sejak sebelum Proklamasi 1945 hingga era Orde Baru.
Selain itu juga terdapat sejumlah benda bersejarah, seperti foto-foto dan lukisan tentang perjuangan.
Sebagian bangunan dan arsitektur di Museum Benteng Vredeburg telah dipugar sesuai bentuk aslinya.
Sumber : visitingjogja.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.