YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Papua akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang digelar beberapa pekan mendatang. Puluhan bahkan ratusan atlet dari seluruh daerah di Indonesia hampir pasti akan tumpah ruah di sana.
Papua merupakan tempat tinggal beberapa suku di Indonesia, mulai dari Suku Asmat, Dani, Momuna, dan Arfak.
Masing-masing suku tersebut memiliki rumah adat yang berbeda, mulai dari bentuk hingga karakteristiknya.
Dalam jurnal yang berjudul Karakteristik Arsitektur Tradisional Papua, sang penulis, Fauziah, mengatakan bahwa perbedaan arsitektur tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis.
"Perbedaan kondisi geografis dan sosial budaya yang hidup dan berkembang di Papua tersebut menghasilkan bentuk arsitektur tradisional dan pola pemukiman," tulis Fauziah dalam jurnalnya.
Baca Juga: Unik! Miniatur Rumah Adat Jambi
Berikut beberapa rumah adat yang ada di Papua:
1. Rumah Honai
Rumah honai merupakan salah satu rumah adat di Papua yang cukup populer. Honai adalah rumah adat Suku Dani.
Rumah honai berbahan rangkaian jerami atau ilalang yang dibuat bertingkat setinggi kurang lebih 2,5 meter.
Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga bambu. Penghuni rumah biasanya membuat perapian di lantai dasar sebagai penerangan di malam hari.
"Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Tujuannya untuk menahan hawa dingin Papua," tulis Tyas dalam bukunya yang berjudul Rumah Adat di Indonesia.
Biasanya rumah honai ditinggali oleh lima hingga sepuluh orang. Kaum pria tinggal di rumah yang disebut honai, sementara wanita menempati rumah yang disebut ebei.
2. Rumah Suku Maybrat, Imian, dan Sawiat
Suku Maybrat, Imian, dan Sawiat memiliki rumah adat berbentuk rumah panggung. Mereka biasanya tinggal di daerah pegunungan dan pesisir pantai.
Dilansir dari Arsitektur Tradisional Papua karya Fauziah, rumah panggung mereka berbentuk persegi empat dan terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan kaki.
Ada sedikit perbedaan antara permukiman yang dibangun di daerah pegunungan dan daerah pantai.
Permukiman di daerah pegunungan mengikuti alur perbukitan, jalur jalan, dan aliran sungai dengan pola yang tersebar.
Sedangkan di wilayah pesisir, polanya mengikuti garis pantai.
Rumah panggung ini memiliki pintu dan jendela berukuran kecil, dengan atap berbahan daun sagu, daun rumbino atau seng.
Sementara, dinding rumah terbuat dari kulit kayu atau papan kayu.
Rumah panggung pun terdiri dari beberapa jenis, yakni rumah bujang laki-laki, rumah bujang perempuan, dan rumah pohon untuk memantau dan mengawasi area sekitar.
Baca Juga: Pesan Anies Baswedan ke Atlet PON XX Papua: Jadilah Teladan dalam Perilaku dan Prestasi
3. Rumah Jew
Rumah jew mweupakan rumah adat Suku Asmat. Mereka tinggal di daerah Lembah Baliem dan pesisir pantai.
Menurut Fauziah, permukiman di sepanjang garis pantai berpola linier, dan berbentuk rumah panggung. Biasanya atapnya terbuat dari anyaman daun nipah dan sagu.
Dinding rumah jew berbahan kulit kayu atau papan yang disusun. Sambungan dinding dan kerangka diikat dengan tali rotan atau akar pohon.
"Setiap kampung mempunyai satu rumah bujang yang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan dan banyak rumah keluarga," tulis Prasetya dalam jurnalnya yang berjudul Budaya Lokal sebagai Potensi dalam Penyembangan Kasawan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat.
4. Rumah Pohon
Dilansir dari Rumah Pohon Suku Momuna, Yahukimo karya Maryone, rumah pohon disebut juga rumah tinggi, adalah rumah keluarga yang berukuran cukup luas.
Suku Momuna tinggal di dataran rendah Kabupaten Yahukimo.
"Suku Momuna menempati rumah pohon berbentuk tertutup. Rumah memiiki dua pintu di bagian depan dan belakang. Rumah pohon tanpa jendela maupun ventilasi udara," tulis Maryone.
Rumah pohon memiliki penyangga yang berupa pohon jambu hutan. Konstruksi bangunan di bagian dinding terbuat dari kayu. Sementara itu, atap rumah ini terbuat dari daun.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.