JAKARTA, KOMPAS.TV – Tuntutan yang tinggi, pekerjaan yang terasa berat, hingga situasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ternyata bisa menyebabkan stres berat alias burnout.
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran (Unpad) Iceu Amira mengatakan bahwa burnout adalah sindrom psikologis yang terjadi karena rasa lelah yang menumpuk, baik secara fisik, mental, maupun emosional.
Burnout yang berkepanjangan bisa menurunkan produktivitas dalam bekerja, kehilangan minat dan semangat, hingga menurunkan kualitas hidup seseorang.
Apabila tidak disiasati dengan baik, burnout bisa membuat seseorang cepat marah, merasa sering capek, hingga merasa putus asa.
Baca Juga: 5 Cara Mengembalikan Motivasi Kerja Saat Work From Home
“Kalau kelelahan secara fisik saja dengan istirahat bisa selesai. Kalau kelelahan emosional, dengan istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya,” kata Iceu, dikutip dari lama resmi Unpad, Sabtu (21/8/2021).
“Jika mengalami dalam waktu yang lama, akan berdampak pada kehidupan sosial terutama pekerjaannya,” sambungnya.
Penyebab burnout
Dosen Fakultas Keperawatan Unpad Indra Maulana membeberkan penyebab burnout secara umum, yakni karena pekerjaan yang menumpuk dan terlalu berat.
Selain itu, burnout bisa disebabkan karena banyaknya tekanan dalam hidup serta kemampuan adaptasi seseorang dalam menghadapi suatu masalah.
Baca Juga: Penting! Ini 4 Skill Wajib bagi Kamu yang Sedang Menata Karier
Burnout tidak mengenal siapa pun. Artinya, menurut Indra, burnout bisa terjada pada siapa saja, termasuk ibu rumah tangga sekali pun.
Ibu rumah tangga rentan mengalami burnout karena beban pekerjaan rumah yang berat, ditambah harus mendampingi anak saat sekolah online.
Tak hanya itu, tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam melawan Covid-19 juga rentan mengalami burnout karena banyaknya pasien yang harus ditangani.
Cara mencegah burnout
Indra mengatakan bahwa salah satu cara mencegah burnout adalah dengan mengelola stres itu sendiri agar tidak menjadi beban yang berat. Salah satunya dengan manajemen waktu yang baik agar pekerjaan tidak menupuk.
“Kita harus kelola waktu supaya tidak terjadinya stres yang berkepanjangan karena pekerjaan yang menumpuk,” kata Indra.
Baca Juga: Boleh Dicoba, 5 Makanan Pengganti Nasi Ini Cocok untuk Diet
Hal senada juga dikatakan oleh Iceu terkait cara mencegah burnout melalui manajemen waktu dan stress.
“Juga mengubah gaya hidup, atur olahraga, atur pola makan, mengelola stres kita. Dengan demikian kita bisa mengurangi terjadinya burnout. Karena jika terjadi secara berlebihan, mengembalikan ke awal itu sulit,” terang Iceu.
Hal senada juga dikatakan Dosen Fakultas Keperawatan Unpad lainnya, Titin Suntini.
Dia mengatakan tentang pentingnya me time untuk menghindari kejenuhan atas suatu kondisi yang menyebabkan burnout.
“Kalau sudah jenuh, me time. Ambil waktu me time kita yang kayak gimana, setiap orang berbeda beda,” tutur Titin.
Jangan lupa untuk mencari dukungan dari orang lain atau bantuan profesional jika dibutuhkan.
Baca Juga: Pesan Tenaga Kesehatan Kepada Masyarakat Untuk Selalu Patuhi Protokol Kesehatan
Sumber : unpad.ac.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.