2. Peringatan bahaya hanya dari satu produk atau pola diet
Seringkali ada peringatan mencolok tentang suatu bahan, seperti gula. Makanan atau minuman tertentu dianggap jahat dan tak memiliki banyak nilai gizi. Masalahya, bila gula itu berbahaya, banyak makanan bergizi yang mengandung gula, seperti buah atau produk susu.
3. Klaim yang terlalu bagus
Misalnya, Anda menemukan sebuah produk kesehatan yang mengklaim dapat menurunkan berat badan, walau Anda bebas mengonsumsi makanan apa saja. Klaim seperti ini terdengar terlalu bagus hingga sulit menjadi nyata. Anda perlu waspada dengan klaim-klaim semacam ini.
4. Penelitian tidak selalu benar
Ada banyak penelitian di luar sana. Namun, hasil penelitian di media massa atau media sosial belum tentu benar. Bisa saja artikel yang memuat hasil penelitian itu terlalu menyederhanakan sebuah riset yang kompleks.
Bisa pula sebuah artikel memberi rekomendasi hanya dengan mengutip satu penelitian. Padahal, saran terbaik berasal dari penelitian yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dan telah terbukti oleh banyak penelitian lain.
Baca Juga: Ada Gosip Indonesia Dipaksa Mundur di All England Karena Vaksin Astrazeneca, Kemenkes: Itu Hoaks!
5. Waspada dengan bantahan peneliti
Dalam dunia akademisi, laporan penelitian yang baik mestinya telah diperiksa atau ditinjau oleh sesama peneliti (peer-reviewed). Hal ini karena akademisi juga manusia yang punya kekurangan.
Peneliti lain bekerja untuk mengoreksi dan melihat apakah ada kesalahan dari penelitian serta hasil risetnya.
Bila banyak akademisi, intelektual dan peneliti membantah sebuah penelitian, sebaiknya Anda berpikir ulang untuk memercayainya. Lebih baik Anda menunggu penelitian lebih lanjut dan penelitian lain untuk menjawab rasa penasaran Anda.
6. Jangan mudah percaya daftar makanan "baik" dan "buruk"
Semua makanan dapat menyehatkan dan tidak berbahaya. Namun, perlu diingat, ada beberapa makanan yang tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak. Anda sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung lemak, gula, dan garam.
7. Penelitian untuk menjual produk
Hal seperti ini sudah jelas patut dicurigai. Banyak selebriti dan tokoh yang mendukung produk tertentu, padahal belum terbukti manfaatnya. Para selebriti dan tokoh itu muncul hanya untuk menjual suatu barang dengan pengetahuan yang sepintas benar.
Baca Juga: Bingung Mencopot Lensa Kacamata? Ini Caranya
8. Penelitian yang mengabaikan perbedaan
Perbedaan antar individu atau kelompok berpengaruh pada kesehatan. Misalnya, kesehatan sekelompok pemuda tentu sangat berbeda dengan kelompok bapak-bapak paruh baya.
Penelitian kesehatan pada satu kelompok mesti memiliki perbandingan. Bila peneliti ingin menjawab manfaat coklat pada penurunan berat badan, mereka harus meneliti juga orang yang tidak makan coklat.
Kalau sebuah penelitian hanya dilakukan pada satu kelompok, sebaiknya Anda jangan terlalu percaya hasilnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.