Penulis: Elsa Anindya
JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi-situasi yang kelihatannya biasa saja, tapi mengandung makna psikologis tertentu.
Hal-hal tersebut dikenal sebagai sebuah fenomena psikologi yang tidak kita sadari apalagi tahu sebutannya.
Oleh karena itu, yuk kenali apa saja fenomena-fenomena psikologi yang erat dengan kehidupan sehari-hari, tapi kita tidak menyadarinya.
Baca Juga: Mengapa Orang Percaya Ramalan Zodiak? Ternyata Ini 4 Alasannya...
1. Halo Effect (Efek Halo)
Efek Halo merupakan bias kognitif yang terjadi apabila kesan menyeluruh seseorang atau sesuatu didapat dari menggeneralisasi salah satu karakteristiknya.
Dengan kata lain, efek Halo terjadi ketika seseorang membuat penilaian tentang orang lain hanya berdasarkan salah satu sifat atau karakter yang biasanya ditunjukkan pada kesan pertama.
Fenomena ini cukup sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa disadari.
Misalnya ketika berkenalan dengan pegawai baru di kantor yang berpenampilan menarik dan rapi, otak kita akan langsung berpikir bahwa dia adalah orang yang baik hati dan kompeten. Padahal belum tentu benar demikian.
Karena bagaimana pun juga, penilaian tersebut merupakan penilaian secara sepintas tanpa kita mengenal lebih dekat karakteristik kepribadian dia yang sebenarnya.
Orang yang mengalami Efek Halo cenderung berperilaku mendukung penilaian yang telah mereka berikan kepada orang lain.
Jadi ketika seorang yang telah kita yakini memiliki sifat-sifat positif berbuat suatu kesalahan, kita tidak akan semerta-merta merubah pandangan kita terhadap orang tersebut, melainkan cenderung memakluminya. Inilah alasan mengapa membuat kesan pertama yang baik pada setiap orang itu penting.
Baca Juga: Mengenal 'Dark Triad', Tipe Kepribadian yang Harus Diwaspadai!
2. Barnum Effect (Efek Barnum)
Apakah kalian termasuk penikmat kolom astrologi? Berarti bisa jadi kalian sedang mengalami yang namanya Efek Barnum!
Efek Barnum merupakan istilah psikologi untuk menyebut kondisi di mana orang memercayai deskripsi tentang diri mereka sendiri yang bersumber dari pengetahuan non-ilmiah (seperti astrologi, tarot, ramalan, dsb) yang dianggap terkhusus untuk diri mereka padahal deksripsi tersebut sifatnya umum dan berlaku untuk semua orang.
Contohnya saat kamu membaca karakteristik zodiak, lalu terdapat deskripsi seperti ini.
Capricorn: Seorang pasangan yang setia dan paling tidak suka dibohongi.
Kamu yang berzodiak Capricorn pun setuju dengan hal tersebut dan merasa bahwa gambaran tentang Capricorn itu sangat tepat. Padahal tidak peduli apapun zodiakmu, tentu saja setiap orang dalam menjalin hubungan pasti berusaha setia dan gak suka dibohongin kan?
Efek Barnum ini banyak ditemui pada ramalan zodiak, penjabaran karakter seseorang berdasarkan golongan darah maupun tes-tes kepribadian yang tidak berakar dari penelitian ilmiah.
Baca Juga: Kokologi, Permainan Psikologi dari Jepang yang Bisa Ungkap Kepribadian
3. Bystander Effect (Efek Pengamat)
Pernahkah kalian secara tidak sengaja menyaksikan seseorang sedang mengalami kekerasan secara fisik yang dilakukan pasangannya di muka umum, tetapi tidak ada satu orang pun yang menolong?
Jika jawabannya iya, berarti saat itu baik kamu maupun orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut sedang mengalami apa yang disebut sebagai bystander effect!
Melansir dari Psychology Today, fenomena bystander effect terjadi ketika kehadiran orang lain menghalangi seseorang untuk ikut campur tangan menolong dalam situasi darurat.
Semakin besar jumlah orang yang menyaksikan, semakin kecil pula kemungkinan salah satu dari mereka untuk memberikan bantuan kepada orang yang sedang membutuhkan pertolongan tersebut.
Orang-orang cenderung mengambil tindakan dalam suatu krisis ketika hanya ada sedikit atau tidak ada saksi lain yang hadir.
Hal ini terjadi karena adanya perasaan bahwa tanggung jawab untuk menolong tersebut telah dibagi kepada orang-orang disekitar yang juga ikut menyaksikan. Sehingga yang terjadi adalah tiap orang saling mengandalkan.
Tips apabila kamu menjadi orang yang membutuhkan pertolongan di tempat umum, tetapisepertinya orang-orang terkena bystander effect adalah dengan memusatkan permintaan tolongmu pada satu orang.
Ucapkan langsung padanya atau melalui tatapan mata langsung ke salah satu orang sehingga orang tersebut akan merasa paling bertanggung jawab untuk menolongmu dibandingkan yang lain.
Baca Juga: 10 Kepribadian Orang Kelahiran Mei: Keras Kepala, Suka Jadi Sorotan, Hingga Gemar Berpetualang
4. Ben Franklin Effect (Efek Ben Franklin)
Efek Ben Franklin adalah istilah psikologi untuk fenomena dimana seseorang yang memberikan bantuan kepada orang lain menjadi lebih menyukai orang yang dibantu tersebut.
Hal ini terjadi karena ketika membantu seseorang, kita melakukan pembenaran bahwa bantuan yang kita berikan adalah karena menyukai orang tersebut.
Istilah ini tercipta setelah Ben Franklin, seorang tokoh revolusi Amerika Serikat yang juga seorang penulis meminjam buku kepada orang-orang yang membencinya.
Dia pun mengembalikan buku tersebut sembari menuliskan pesan terima kasih kepada mereka. Tidak disangka, orang-orang yang tadinya membenci Ben Franklin justru berbalik menyukai dan malah berteman baik dengan Ben setelah meminjamkan buku kepadanya.
Fenomena ini berkaitan erat dengan apa yang disebut sebagai disonansi kognitif, perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Oleh karena itu, dari Efek Ben Franklin ini, kita mendapat salah satu tips agar disukai oleh orang lain yaitu cobalah meminta bantuan. Namun, minta bantuan yang sederhana dan tidak terlalu merepotkan ya, seperti meminjam pensil, menitipkan tas, atau minta penjelasan atas suatu hal yang belum kita mengerti.
Baca Juga: Batal Haji, Ini Dampak Psikologisnya.
5. Mandela Effect (Efek Mandela)
Efek Mandela adalah sebuah fenomena psikologis, di mana sekelompok orang memiliki memori yang sama akan suatu hal. Namun, pada kenyataannya hal tersebut tidak pernah terjadi atau memori tersebut sebenarnya salah.
Kata Efek Mandela sendiri berasal dari nama seorang pemimpin Afrika Selatan yang dianggap oleh sebagian orang telah meninggal di penjara pada 1980an, sementara pada realitanya Nelson Mandela meninggal dunia pada 2013 saat berusia 95 tahun.
Orang-orang yang mengalami Efek Mandela sangat meyakini betul bahwa ingatan mereka tidak mungkin salah dikarenakan banyak orang di seluruh dunia beranggapan yang sama.
Kejanggalan dari ingatan kolektif inilah yang akhirnya membuat mereka percaya bahwa fenomena ini adalah sebuah bukti adanya dunia paralel. Para peneliti beranggapan bahwa efek Mandela ini sesungguhnya hanyalah produk dari false memory, yakni memori tentang sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi atau terekam secara berbeda di memori.
Mengutip dari PsychologyToday, false memory ini terjadi karena adanya gangguan informasi lain atau baru setelah pemrosesan informasi dari peristiwa tertentu.
Selain mengenai kematian Nelson Mandela, beberapa contoh dari fenomena efek Mandela ini adalah seperti ingatan tentang monocle pada pria monopoly, warna hitam pada ekor Pikachu, mantra “Mirror, mirror on the wall” pada kisah Snow White, dan masih banyak lagi.
#Psikologi #Kepribadian #Zodiak
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.