Menurut Nina, sebagai penjahit, Ivan kerap menerima order menjahit APD dari berbagai rumah sakit. Nina pun bisa membuat hazmat dengan motif yang ia sukai.
"Dari situ berawal pembuatan APD fashionable ini. Prinsip saya, safety, profesional, beauty and harmony,” ujar dia seperti dikutip dari artikel di Kompas.com dengan judul "
Saya suka yang warna-warni, tematik juga, tokoh juga yang terlihat girly. Jadi, kami harus beradaptasi, bagaimana membikin suasana hati senang. Jadi, praktik tetap senang tanpa harus mengesampingkan keamanan,” ujar dia.
Satu baju APD, Nina menghabiskan uang sekitar Rp 150.000 sampai Rp 300.000.
Ia mempunyai koleksi lebih dari 25 APD dengan berbagai tema. Nina yang merupakan pemilik klinik gigi NDC turut mengganti seluruh APD di kliniknya.
Total klinik yang dia miliki sebanyak enam yang tersebar di Malang Raya dan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
"Total dokter gigi di klinik itu 15 orang. Karyawannya 70 orang. Semua APD-nya diganti pakai yang lucu-lucu," ucap ibu dua anak ini.
Sejauh ini, respon pasien terhadap inovasi Nina disambut positif. Para pasien merasa nyaman karena pelayanan menyenangkan. Sejak memakai APD fashionable itu, operasional klinik gigi Nina juga mulai kembali normal.
"Kalau dibanding sebelum pandemi Covid-19 tentu beda ya. Tapi Alhamdulillah mulai kembali lah," ujar dia.
Nina berharap pemberlakuan kebiasaan baru bisa diterima masyarakat karena pandemi masih berlangsung. Namun, ia yakin bakal ada pelangi di tengah badai.
"Kenapa saya suka APD warna-warni karena filosofinya itu akan ada pelangi setelah badai," terang Nina.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.