KOMPASTV - Ernest Prakasa kembali mengungkapkan rasa geramnya saat melihat aksi pelecehan seksual yang terjadi di gerai Starbucks dari CCTV.
Kejadian itu viral di media sosial, setelah pegawai Starbucks sengaja mengintip bagian payudara pelanggan melalui CCTV. Video itu diunggah oleh pengguna Twitter bernama @LisaAbet, Rabu (1/7/2020).
Dalam kolom komentar akhirnya muncul perdebatan sengit antara yang menaruh rasa iba terhadap korban dan yang menyalahkan korban.
Para pembela tersebut berdalih jika bukan hal salah pelaku yang melakukan tidak pelecehan, karena korban pun memakai pakaian yang terbuka.
Satu diantaranya komentar dari @toiletforchill.
Nih ya mba.
— Public Enemies (@toiletforchill) July 2, 2020
Mnrt gua, CCTV kan emang ada yg kontrol. Dikontrolnya pake mata.
Ya kalo mata gak sengaja liat tete dr baju yg kebuka ya wajarlah, wong bajunya juga kebuka.
Plis lah, knp sih pada muna bgt, knp sih kok ngeliat tete jadi hal tabu bgt.
"Nih ya mba. Mnrt gua, CCTV kan emang ada yg kontrol. Dikontrolnya pake mata. Ya kalo mata gak sengaja liat payudara dr baju yg kebuka ya wajarlah, wong bajunya juga kebuka," tulisnya.
Rupanya, pendapat-pendapat itulah yang membuat Ernest Prakasa merasa geram dengan oknum yang memberikan pembelaan terhadap tindak pelecehan seksual.
Melalui video Instagram TV yang diunggah Kamis (2/7/2020), Ernest Prakasa coba menguraikan pendapatnya terkait masalah tersebut.
Menurutnya, pakaian seharusnya tidak menjadi alasan orang berbuat asusila.
Sebab, menurut data yang ia peroleh, justru orang dengan berpakaian tertutup, longgar, bahkan berhijab sekalipun bisa menjadi korban pelecehan.
Ernest Prakasa menganggap tidak ada yang perlu dibenarkan dari tindakan asusila yang dilakukan oleh pelaku.
"Yang pertama gue mau kasih data dulu. Jadi kalau lo berpikir bahwa perkosaan, kekerasan seksual itu identik dengan pakaian terbuka, elu salah. Secara data itu salah. Ini bukan argumen secara perspektif, tapi kita lagi ngomongin statistik. Dari beberapa LSM, dari Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, dan Jakarta Feminist Discussion Group, mereka bikin riset bareng.
Respondennya 62 ribu perempuan seluruh Indonesia, cukup banyak teman-teman.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.