KOMPASTV - Bersepeda kini menjadi salah satu pilihan olahraga dan transportasi paling diminati sejak pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia.
Hal ini berkaitan karena mengharuskan setiap orang rajin olahraga. Namun ketika tengah asyik menggowes, jangan lupa perhatikan keadaan tubuh.
Tren bersepeda di kota-kota besar Indonesia ini juga diiringi kewaspadaan tinggi akan adanya risiko kematian terkait kondisi kesehatan seperti yang dialami Didik Hari Prasetyo (53).
Lelaki itu meninggal karena serangan jantung saat bersepeda di Jalan Raya Cimatis Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampura, Bekasi, Minggu (21/6/2020).
Di hari yang sama, seorang pensiunan guru warga Tasikmalaya, Lili Sumarli (64), ditemukan meninggal tergeletak dekat sepedanya.
Lili diduga kelelahan berolahraga hingga akhirnya meninggal.
Dokter spesialis jantung RS Siloam Karawaci, Vito Anggarino Damay mengatakan, tidak ada yang salah dengan bersepeda. Malah jenis olahraga ini dianjurkan untuk orang berusia di atas 40 tahun, karena baik untuk sendi.
“Namun yang jadi lupa, ada orang yang tidak biasa bersepeda, mau ngikutin kecepatan yang biasa pakai sepeda. Ini tidak dianjurkan,” jelas Vito, Rabu (24/6/2020) seperti mengutip Grid.ID.
Dokter Vito akui sulit menilai kondisi seseorang secara obyektif tanpa hasil medical check up. Namun, ada tanda yang bisa dijadikan alarm saat melakukan olahraga, yakni jangan sepelekan gejala ngos-ngosan.
“Biasanya ada ucapan begini, dulu saya bisa tapi kok sekarang enggak. Atau ucapan, saya sekarang mudah ngos-ngosan,” kata dia.
Tanda-tanda ini bagi sebagian orang dianggap sepele. Padahal, bisa jadi itu tanda tubuh mengalami sesuatu.
Untuk menghindari serangan jantung saat berolahraga, tidak ada pilihan lain selain melakukan medical check up.
Vito mengungkapkan, medical check up memang tidak menjamin seseorang terlepas dari risiko serangan jantung.
Namun 80 persen bisa mencegah.
Vito menjelaskan, orang yang terkena serangan jantung biasanya sakit dada seperti ditekan benda berat. Rasa sakit itu bisa menyebar ke tangan sebelah kiri seperti kebas dan keram, sampai menjalar ke punggung.
Biasanya disertai dengan keringat dingin. Namun, ada pula orang yang tidak merasakan gejala tersebut saat mengalami serangan jantung.
Sebab, ada orang yang hanya mengalami sesak nafas saja.
“Kalau kita sedang olahraga dan merasakan sakit dada, sesak nafas yang berat, keringat dingin dan ingin pingsan, itu tanda ada sesuatu yang enggak beres,” ungkap dia.
Dalam keadaan seperti itu harus segera mencari pertolongan medis, tidak bisa ditunda-tunda lagi.
"Bila orang tersebut pingsan, rabalah nadinya, kemudian lakukan CPR," kata Vito.
“Olahraga yang sehat itu, ringan tapi lama. Seperti bersepeda santai atau jalan kaki selama satu jam,” seru Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba, saat dihubungi di lokasi berbeda.
Purba menggambarkan rumus sederhana olahraga sehat, yakni, orang tersebut masih dapat berbicara dengan baik bersama teman di sekitarnya saat berolahraga.
"Tidak ngos-ngosan," tandasnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.