Seingatnya, ia hanya mendapatkan tiga tugas dari bupati. Pertama, bertemu bupati Bandung, lalu rapat dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Terakhir, menjadi pembina upacara 17 Agustus 2021.
”Saya merasa banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk memberikan fasilitas kepada saya, mobil mewah, rumah mewah, uang makan dan minum besar. Saya merasa, untuk menghemat uang rakyat ini, saya mundur,” ujarnya.
Politisi Partai Nasdem ini juga mengkritik program Nina, yakni Dokmaru atau Dokter Masuk Rumah yang belum merata dan optimal. Lucky bahkan menunjukkan foto seorang ibu dan dua anaknya yang stunting atau tengkes. ”Kebetulan ini tetangga ibu di Desa Krimun,” ujarnya.
Lucky mengungkapkan, tidak ada persoalan pribadi dengan Nina. Kompetisi dalam politik pun wajar. Namun, ia minta maaf jika ada salah kata kepada setiap paslon.
”Mbak Nina, saya minta maaf. Demi Allah, saya minta maaf. Kalau misalnya saya salah, saya minta maaf,” ujarnya.
Pihaknya pun sudah menyiapkan 65 program untuk diadu dengan kandidat lainnya. Program itu seperti intensif guru mengaji, peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, satu desa satu mahasiswa, pembukaan lapangan kerja, hingga bantuan modal untuk usaha.
Nina mengakui, sebagai manusia, masih ada kekurangan saat menjabat bupati. Ia pun meminta maaf dan berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan di Indramayu. Menurut dia, singkatnya masa jabatan, yakni 3,5 tahun, dan munculnya pandemi Covid-19 jadi kendala pemda.
Meski dinilai singkat, pihaknya mengklaim telah bekerja optimal untuk masyarakat Indramayu. Hal itu dibuktikan dengan prestasi yang ditorehkan.
”Ada 14 prestasi dan 21 penghargaan yang kami terima, termasuk 99,9 persen warga Indramayu ter-cover BPJS Kesehatan,” ungkapnya.
Politisi PDI-P ini pun siap melanjutkan berbagai programnya, seperti Dokmaru yang telah menjangkau 4.000 rumah, program Indramayu cepat tanggap, pelacakan aset daerah, hingga pemberdayaan keluarga buruh migran dan purnaburuh migran.
Baca Juga: Kejagung Ungkap Ayah Ronald Tannur Tahu Istrinya Suap 3 Hakim PN Surabaya
Anak sulung mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Purnawirawan Da’i Bachtiar ini juga berharap agar semua kandidat beradu gagasan, bukan menyerang secara personal. ”Sepertinya dari tadi sentimen pribadi, kita (bertemu) di belakang aja nanti,” ujar Nina kepada Lucky Hakim.
Nina pun menyinggung seorang pejabat yang tidak menyelesaikan tugasnya. ”Menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang amanah, menuntaskan pengabdian sesuai masa jabatan dan sumpah jabatan. Debat adalah kegiatan untuk saling adu gagasan, ide, disertai fakta,” ungkapnya.
Sebelum debat, Nina dan Lucky sudah berseteru. Pada Jumat (1/11/2024), di Kecamatan Sukra, misalnya, Nina merasa dihadang oleh pendukung Lucky saat ingin berkampanye. Pihaknya pun sudah melaporkan ke Bawaslu setempat.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.