Kompas TV entertainment seni budaya

Mulai Malam Ini, Pameran Kala Api, The Age of Pawns Made Kaek Digelar di Bentara Budaya Yogyakarta

Kompas.tv - 23 Agustus 2024, 19:30 WIB
mulai-malam-ini-pameran-kala-api-the-age-of-pawns-made-kaek-digelar-di-bentara-budaya-yogyakarta
Pameran tunggal Made Kaek bertajuk Kala Api, The Age of Pawns digelar di Bentara Budaya Yogyakarta pada 23-30 Agustus 2024. (Sumber: Istimewa)
Penulis : Dian Nita | Editor : Edy A. Putra

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Seniman asal Bali, Made Kaek, akan melakukan pameran tunggal bertajuk “Kala Api, The Age of Pawns" di Bentara Budaya Yogyakarta mulai malam ini, Jumat (23/8/2024). Pameran tersebut dijadwalkan berlangsung hingga 30 Agustus 2024.

Pameran dijadwalkan dibuka oleh dosen ISI Yogyakarta, Dr. Suwarno Wisetrotomo, malam ini pukul 19.00 WIB dan dimeriahkan garapan tari kontemporer Agung Gunawan.

Sedangkan artist talk diselenggarakan pada Minggu, 25 Agustus 2024 pukul 15.30-18.00 WIB.

Bagi Made Dharma Susila, nama asli Made Kaek, pameran di Jogja seperti pulang kampung dan membangkitkan nostalgia tiga puluh tahun silam ketika ia memutuskan untuk menekuni profesi sebagai seniman.

Baca Juga: Jadwal Pameran "Gelegar, Road to 21 Years of Bumilangit" di Bentara Budaya Jakarta

“Memang, saya dari Bali ke Jogja untuk kuliah hukum, tetapi di kota inilah saya mendapat kemantapan hati untuk menjadi seniman,” kata Made Kaek di sela-sela menata karya di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (20/8/2024).

Made Kaek yang lahir pada 23 Januari 1967, adalah sarjana hukum lulusan Universitas Atma Jaya (1985-1991).

Tetapi, selama kuliah di Jogja, ia banyak bergaul dengan mahasiswa seni asal Bali yang bergiat di kelompok Sanggar Dewata Indonesia.

Ketika itu, ia merasa kewajiban kuliah hukum —sesuai saran ayahnya yang seorang advokat— adalah formalitas, sementara panggilan jiwanya sangat kuat ke seni rupa.

“Rupanya darah seni mengalir dari ibu saya yang penyanyi keroncong dan kakek saya yang seorang penari,” katanya, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.tv.

Pameran ini memang ia dedikasikan kepada kakeknya, I Wayan Glebag, seorang seniman tari baris yang terkenal pada zamannya sehingga lahir sebutan ‘gaya geblag’.

Murid Geblag tersebar di seantero Bali, salah satunya adalah seniman yang juga akademisi, Prof Made Bandem, mantan Rektor ISI Yogyakarta.

Kendati demikian, akhirnya ia berkesimpulan bahwa hukum dapat menjadi sesuatu yang baik dalam hidupnya.

“Ya, saya pergi ke Jogja untuk belajar hukum, tetapi di Jogja saya menjadi seniman,” ujar Made Kaek.

Baca Juga: 42 Karya Seniman Kontemporer Jepang Digelar di Bentara Budaya Jakarta 22 Agustus-6 September 2024

Jati dirinya sebagai seniman terus berproses. Ia pernah belajar dari cara berkesenian Nyoman Gunarsa dan idealisme Made Wianta (kedua seniman ini telah almarhum), yang membuat Made Kaek semakin yakin memilih hidup di jalan kesenian.

Made Kaek berkarya menggunakan berbagai medium dengan objek dan figur —seperti sering ia sebut— yang berkelindan di alam bawah sadar yang menjadi salah satu sumber inspirasinya.

Bentuk-bentuk figur dan sosok ini pun mengalami evolusi dan kemudian setelah tiga dasawarsa bertransformasi ke tiga dimensi.

Ketika mempersiapkan pameran tunggal "Cryptic, Sublimity of Made Kaek" pada 2022, ia mulai membuat patung berdasarkan sketsa, drawing maupun lukisannya dengan bahan batu paras dan kayu.

Dalam pameran "Kala Api, The Age of Pawns", Made Kaek menampilkan 34 patung dan menyertakan sebuah lukisan di atas kanvas.

Made Kaek menyebut karya dalam pameran kali ini juga merespons keriuhan masa Pilpres 2024 yang masih berlanjut hingga kini.

Apalagi memasuki pemilihan kepala daerah (pilkada), di mana banyak pihak berlaga seperti bidak-bidak di atas papan catur.

Makhluk-makhluk rekaan Made Kaek dengan misterinya masing-masing menungu peran dan dijalankan dengan berbagai strategi maupun cara untuk suatu tujuan: kemenangan dan kekuasaan.

“Kita sebagai bangsa sudah 79 tahun merdeka, tetapi masih banyak pribadi, masyarakat adat, kelompok minoritas, mereka yang terpinggirkan, dan sebagian rakyat belum merasakan kelegaan yang justru menjadi pion yang gampang dimainkan,” tutur Made Kaek.

Baca Juga: Bentara Budaya Gelar Pameran "Merayakan Kebersamaan", Ada Workshop Menarik, Ini Jadwalnya!

Dian Dewi Reich, sahabat Made Kaek yang juga Founder Sawidji & Co, dalam katalog pameran menuliskan, pada Zaman Pion (The Age of Pawns), orang-orang kecil dapat dibuang dan digunakan tanpa penyesalan untuk skema yang lebih besar.

“Perpaduan estetika dinamis yang menyatu dalam makhluk Made Kaek adalah kunci pesona mereka yang menawan dan aneh. Membawa lapisan makna yang berkomentar tentang isu sosial yang sangat nyata di masa kini,” tulis Dian.

Kata dia, saat kita memasuki "Kala Api, The Age of Pawns", kita berada di dunia di mana alam bawah sadar Made Kaek kini benar-benar terlibat secara sadar dalam dialog sosial. Melalui panggung dramatis dengan banyak karakter yang memainkan perannya.

Makhluk-makhluk misterius itu kini berkomentar dan memberikan kesaksian dalam pernyataan yang menyindir masyarakat saat ini.

Dian mengatakan kita berada di era yang panas. Masa konsumsi panas dan energi yang tidak dapat diprediksi. Api itu panas, membakar dan melahap, dan banyak orang yang dikorbankan dalam kobarnya.

“Mungkin begitu pintu terbuka, alam bawah sadar yang sudah lama ada dalam diri Made Kaek, memasuki dunia kita dan menunjukkan betapa aneh dan ironisnya kita sebagai sebuah 'masyarakat',” katanya.

Dua penulis lain dalam katalog adalah Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana dan GM Bentara Budaya Ilham Khoiri.

Kun menyebut karya yang disajikan Made Kaek merupakan suatu keberadaan iluminasi dan pencerahan dalam cara pandang timur; misteri, keajaiban, dan/atau hokus-pokus dalam keyakinan rasio Barat.

“Titik temu dalam meyakini keberadaan mistis, berada pada ketakterdugaan yang memesona,” tulis Kun.

Kata dia, memandang karya patung Made Kaek berarti memasuki peristiwa tatapan penuh ketakterdugaan, terlebih bagi apresiator yang bersedia memasukinya semakin dalam dan berempati.

Sementara Ilham menulis, dalam kosmologi masyarakat Bali, baik sekala (aspek yang terlihat) maupun niskala (aspek tak terlihat) dapat dipadukan dalam tatanan kehidupan yang harmonis.

Baca Juga: Apresiasi Karya Dua Seniman: Bentara Budaya Yogyakarta Pamerkan "Dua Petarung"

Masyarakat sibuk dengan berbagai kegiatan fisik untuk memenuhi kebutuhan material sehari-hari. Saat bersamaan, digelar bermacam upacara atau ritual yang menghubungkan mereka dengan spiritualitas.

Kosmologi semacam ini juga kental memengaruhi pribadi Made Kaek. Ketika melukis atau mengerjakan patung, seniman ini berusaha mengaitkannya dengan alam bawah sadarnya yang dipenuhi mitologi dan spiritualitas.

“Meski tak dinyatakan dengan jelas, kilasan citraan makhluk-makhluk aneh dalam lukisan atau patung itu mengingatkan pada makhluk-makhluk dalam mitologi Bali,” tulis Ilham.

"Saat menatap karya seni Kaek, penonton tak hanya menikmati aspek lahiriah yang indah, tetapi juga dapat menelisik lebih jauh ke dalam alam spiritual yang lebih kompleks. Aspek sekala dan niskala telah dirangkum secara apik. Proses kreatif unik Made Kaek semakin memperkaya khazanah ekspresi seni rupa modern di Indonesia,” ungkapnya.

Dalam performance art saat pembukaan pameran, penari kontemporer Agung Gunawan membawakan judul pameran Made Kaek dalam sebuah narasi gerak yang sublim tentang kesadaran akan waktu dan api.

Agung menyebut suatu waktu, ada seseorang memiliki api besar dalam jiwanya, namun tak seorang pun datang untuk menghangatkan dirinya.

Orang-orang yang lewat tidak melihat apa pun kecuali sedikit asap yang muncul dari cerobong dan berlalu begitu saja melanjutkan perjalanan mereka.

Memang, kata Agung, itu bukan wewenang mereka untuk mengetahui tentang api besar dalam jiwa seseorang. Seiring perjalanan waktu, kitalah yang harus memutuskan bersama tentang kesadaran akan nyala api yang ada pada diri masing-masing: kala api, api kala.


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x