Adapun yang termasuk batik larangan di Keraton Yogyakarta antara lain Parang Rusak Barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik, Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar, Udan Liris, Rujak Senthe, Parang-parangan, Cemukiran, Kawung, dan Huk.
Mengutip kebudayaan.pdkjateng.go.id, batik motif parang memiliki arti yang mendalam, Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng.
Perengan menyiratkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S saling menjalin dan tidak terputus yang berarti sebuah kesinambungan.
Bentuk huruf S juga diambil dari ombak samudra yang menunjukan semangat yang tidak pernah padam.
Hal ini supaya sebagai manusia tidak boleh menyerah terhadap hidup, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak.
Batik parang menggambar bahwa kain yang digunakan itu belumlah rusak, yang artinya kita sebagai manusia masih bisa memperbaiki diri.
Baca Juga: Momen Jokowi dan Iriana Tertawa Lihat Penampilan PJ Gubernur DKI Heru di Acara Istana Berbatik
Keterkaitan motif satu sama lain ini seolah menggambarkan bahwa anak akan melanjutkan perjuangan dari orang tuanya. Lalu pada garis diagonal yang lurus melambangkan penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.
Motif parang juga memiliki filosofi memerangi, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus berani bersikap tegas memerangi ketidakbenaran yang ada.
Parang juga bermakna nasihat bagi yang mengenakan agar tidak pernah menyerah dan kuat. Selain itu, batik ini juga menunjukkan jalinan yang tak pernah putus dalam memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan maupun pertalian keluarga.
Adapun makna batik motif parang baron seling kembang udan riris yang dipakai Jokowi tidak kalah mendalam.
Motif batik parang baron diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang merupakan sultan ketiga dari Kerajaan Mataram yang telah memerintah sejak tahun 1613-1645.
Ciri utama dari motif batik parang barong adalah bentuk huruf “S”-nya yang lebih besar dari motif batik parang rusak.
Baca Juga: Asyik, Menteri Basuki hingga Sandiaga Uno Tampil di Catwalk Berbatik
Konon, batik parang barong ini juga diperuntukkan bangsawan dan keluarganya saja. Tidak hanya itu saja, keberadaan motif batik ini cukup sakral dan tidak boleh dikenakan di segala acara, terutama acara pernikahan.
Ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat bahwa mengenakan batik parang barong saat acara pernikahan, akan memberikan dampak buruk untuk kehidupan sang pengantin.
Makna dari motif batik parang barong ini yakni pengendalian dari dalam diri, kebijaksanaan, dan kehati-hatian saat bertindak maupun bertutur kata.
Sementara motif udan riris berarti hujan gerimis yang memberikan kesejukan di tengah kondisi gersang atau kering.
Sumber : Antara, Gramedia, Kratonjogja.id, Kebudayaan.pdkjateng.go.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.