Kutipan frasa Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada pupuh 139 bait 5, dengan petikan asli: “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa”.
Artinya adalah “Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah-belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.”
Baca Juga: Warga Sebut Kebakaran Museum Nasional Disebabkan Bara Rokok Pekerja Bangunan yang Kenai Kasur
Koleksi ini dibuat pada abad ke-9 Masehi dengan dimensi 1,5 meter. Dalam cerita wayang, Ganesha disebut dengan Bhatara Gana karena berperan sebagai pemimpin para gana.
Gana sendiri merupakan pasukan pengawal Siwa. Dalam tradisi pewayangan, Bhatara Gana adalah pahlawan yang mengalahkan asura yang hendak menduduki kahyangan para dewa.
Pangeran Diponegoro dikenal luas sebagai pahlawan. Dia merupakan penunggang kuda yang mahir. Kuda tunggangannya yang terkenal adalah kuda hitam berkaki putih bernama Kyai Gentayu.
Pangeran Diponegoro berjuang dalam Perang Jawa. Pada 11 November 1829, dia disergap oleh pasukan Belanda. Dia berhasil melarikan diri, tetapi beberapa bendanya tertinggal, termasuk kuda dan pelananya, peti pakaian, dan tombak pusaka Kyai Rondhan.
Baca Juga: 5 Fakta Kebakaran Museum Nasional: Kronologi, Penyebab Sementara, 4 Ruangan Hangus
Museum Nasional Indonesia juga menyimpan sejumlah fosil, termasuk tengkorak dari individu Homo Soloensis, fokus Homo erectus yang ditemukan di aliran Sungai Bengawan Solo.
Fosil ini diperkirakan berusia 300 ribu - 800 ribu tahun. Bentuk tengkoraknya oval pelipis dan memiliki tulang pipi yang besar. Kapasitas otaknya juga cukup besar, antara 1.000-1.300 cc.
Sumber : Museum Nasional, Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.