Baca Juga: Google Rilis Doodle, Permainan Puzzle dan Lomba Balap Kayangan untuk Rayakan Imlek 2023
Karena kesuksesan buku tersebut, Damano diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia.
Selain itu, ia juga mendapat penghargaan Anugerah Budaya (Cultural Award) dari Australia pada 1978.
Damono kemudian menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang lugas dan introspektif. Ia menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986.
Sapardi juga mendapat Anugerah Puisi Putra dari Malaysia atas bukunya yang berjudul "Sihir Hujan dari Malaysia" pada 1983.
Berniat untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, Sapardi mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut.
Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan "Hujan Bulan Juni", kumpulan beberapa puisi terbesarnya. Karya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.
Universitas Indonesia memilih Sapardi sebagai dekan fakultas dan mengadakan resital puisi pada tahun 2010 untuk merayakan karya hidupnya.
Penghargaan demi penghargaan diberikan kepada Sapardi Djoko Damono, di antaranya Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003 dan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012.
Pada 2018 lalu, Sapardi mendapat penghargaan Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) untuk bukunya yang berjudul "Hujan Bulan Juni" dan "Yang Fana Adalah Waktu".
Sapardi juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya yang paling terkenal adalah "The Old Man and the Sea" karya Ernest Hemingway.
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di usia 80 tahun pada Minggu (19/7/2020).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.