Namun demikian, pada busana yang dikenakan Kaesang dan Erina, Raymon mengatakan bahwa ada beberapa elemen yang memang tidak sesuai dengan busana suku yang ada.
"Misalnya, laki-laki Papua di pegunungan umumnya menggunakan koteka, tetapi laki-laki Papua di pesisir tidak. Lihat busana laki-laki orang Biak di Utara dan orang Kamoro di Selatan,” tambahnya.
Dalam kehidupan masyarakat pengusung budaya tersebut, mengenakan pakaian adat dalam acara adat mereka merupakan hal yang biasa. Akan menjadi sangat berharga jika orang di luar masyarakat pengusung budaya itu mengenakan pakaian adat mereka.
”Namun ya perlu sesuai dengan statusnya dalam adat. Kacau kalau kain yang harusnya digunakan bangsawan tapi dipakai orang biasa. Biasanya sih disuruh ganti,” ujarnya.
Terlepas dari kontroversi yang muncul, Raymon bilang bahwa mengenakan busana tradisional merupakan bentuk memuliakan budaya tradisional.
”Tidak ada minus ketika mengenakan busana tradisional. Siapa lagi yang akan pakai kalau bukan bangsa kita sendiri. Minus itu kalau Presiden pakai busana tradisional Skotlandia di upacara 17an,” tandasnya.
Baca Juga: Saat Ngunduh Mantu Kaesang dan Erina Hari Minggu, Pengamanan Gereja di Solo Ditingkatkan
Senada dengan Raymon, desainer senior Edward Hutabarat tidak mempersoalkan busana prewedding Kaesang-Erina, sebab setiap individu memiliki pilihan masing-masing untuk berkontribusi dalam melestarikan budaya tradisional.
Edward bahkan berpendapat bahwa mengenakan pakaian adat dalam foto pranikah seperti Kaesang-Erina, tak harus benar-benar terikat aturan adat.
”Kan pasangan itu bukan ingin menghadiri pesta adat di mana tiap orang harus memakai pakaian adat sesuai pakem,” ujar Edward.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.