Ia juga sempat membuat heboh dengan menggelar pantomim 'Pak Jemek Pamit Pensiun' di sepanjang Malioboro yang membuat jalan tersebut macet total.
Itu dilakukannya sebagai bentuk ekspresi Jemek ketika pantomim tidak diikutsertakan dalam agenda Festival Kesenian Yogyakarta pada 1997.
Melansir berbagai sumber, Jemek Supardi mempelajari seni pantomim secara otodidak.
Ia bahkan hanya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia lantas bergabung di sejumlah kelompok teater seperti Teater Alam, Teater Boneka, dan Teater Dinasti.
Di situlah ia menemukan caranya sendiri untuk berekspresi sebagai seniman.
Ia pun juga rajin menonton pertunjukan pantomim dari luar negeri yang digelar di Yogyakarta.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di 24 Wilayah Indonesia Hari Ini, Mana Saja yang Terdampak?
Selama kurang lebih tiga dasawarsa menjadi seniman pantomim, ia sudah menciptakan puluhan karya.
Tiga terbaru karya Jemek Supardi yakni 'Jemek Ngudarasa' (2013), 'Buku Harian Si Tukang Cukur' (2012), 'Calegbrutusaurus' (2009) dan lainnya.
Sebagai apresiasi untuk dedikasinya, ia mendapat penghargaan seni dari Sultan Hamengku Buwono IX.
Jemek Supardi meninggal dalam tidurnya. Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih karena infeksi paru-paru.
Selamat jalan maestro pantomim Indonesia.
Sumber : Kompas TV, Berbagai Sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.