JAKARTA, KOMPAS.TV - Nama Mak Erot sudah dikenal secara luas sebagai legenda pengobatan alternatif alat vital pria.
Mak Erot sendiri sudah meninggal pada 5 Juli 2008. Kini, praktek terapi vitalitas pria dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Akmal.
Kepada Tribunnews, Akmal bercerita tentang bagaimana dia mendapatkan ilmu terapi vitalitas pria. Menurutnya, tidak sembarang orang bisa mendapatkan dan mempelajari ilmu tersebut.
Baca Juga: Banyak Peminat, Betulkah Pengobatan Mak Erot Miliki Hak Paten?
Akmal bilang, ilmu tersebut diturunkan dari moyangnya. Namun meski tidak semua keturunan Mak Erot bisa menguasai ilmu terapi itu.
“Jelas ada (ilmu yang diturunkan) dan tidak bisa ke semua orang. Ilmunya diturunkannya hanya ke garis keturunannya saja,” kata Akmal di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Sabtu (12/2/2022).
“Dan itupun tidak mudah, harus ada pemuasaan dan tirakat-tirakat lainnya. Jadi tidak semua orang bisa, termasuk keturunannya juga,” sambungnya.
Akmal menjelaskan, semua keturunan Mak Erot diberikan ilmu yang sama. Namun, kesanggupan mengemban dan menguasai ilmu terapi vitalitas pria berbeda-beda.
Sebab, kata Akmal, persyaratan untuk menguasai ilmu tersebut tidak mudah.
Baca Juga: Mak Erot Akan jadi Salah Satu Destinasi Wisata Kesehatan
Sebagai seorang keturunan Mak Erot dan tahu persis bagaimana ilmu tersebut didapatkan, Akmal mengaku geram dengan banyaknya terapis abal-abal yang mencatut nama neneknya.
“Memang banyak yang memanfaatkan, padahal beliau bukan asli keturunannya. Hanya untuk meraup keuntungan semata dan metode penanganan yang berbahaya bagi kesehatan Mr. P,” ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat perlu berhati-hati dengan terapis macam ini. Sebab, jika terapis tersebut bukan asli keturunan Mak Erot, maka hasil yang didapatkan kemungkinan tidak akan permanen.
Karena ketenaran namanya, Pada 19 November 2019 silam, Kementrian Kesehatan melalui menteri terdahulu Terawan Agus Putranto, sempat mewacanakan akan mengembangkan wisata kebugaran. Selain tongkat ali, purwaceng atau jamu, Terawan juga menyebut nama sang legenda pembesar alat vital yakni Mak Erot sebagai potensi yang bisa dikembangkan menjadi wisata kebugaran
Seiring Terawan yang diganti dari posisi Menkes, wacana itu tidak lagi terdengar. Namun, pihak ahli waris Mak Erot sempat mempertanyakan wacana tersebut.
Baca Juga: Jadi Santapan Priyayi Hingga Mitos Vitalitas Pria, Ini Sejarah Solo Surga Kuliner Daging Anjing
Menanggapi ramainya fenomena terapi vitalitas pria atau terapi pembesar alat vital, dokter cum seksolog Boyke Dian Nugraha atau karib disapa Dokter Boyke mengungkapkan pendapatnya.
Dalam program Sex In The City dari Sonora pada 2019 lalu, Dokter Boyke mengatakan bahwa memperbesar penis hanya bisa dilakukan melalui tindakan operasi.
“Secara logika saja, Mr. P memang sulit diperbesar kalau tidak dilakukan tindakan operatif,” kata Dokter Boyke, dikutip dari Sonora.
Lebih lanjut, Dokter Boyke menjelaskan bahwa operasi kelamin untuk memperbesar alat vital pria dilakukan dengan cara menarik sebagian akar penis ke arah depan.
Selain itu, penggunaan silikon juga dapat dilakukan. Namun, ada risiko yang cukup tinggi apabila penambahan dengan silikon.
“Jadi Mr. P ini menjadi tebal, gemuk ataupun ujungnya menjadi lebih keras. Tapi itu sangat bahaya karena penggunaan silikon,” jelasnya.
Risiko yang paling besar dari seseorang yang menambahkan silikon adalah kanker penis.
Dokter Boyke bilang, risiko ini sama halnya dengan perempuan yang melakukan suntik silikon untuk memperbesar volume payudara.
Baca Juga: Polisi Ungkap Motif Ritual di Pantai Payangan, Mulai Faktor Ekonomi hingga Ilmu Hitam
Dokter spesialis urologi Angie Novaldi Rahwanti mengatakan bahwa banyak pria yang tertarik dengan praktek pembesaran penis.
Sayangnya, tak banyak yang selektif memilih metode pembesaran Mr. P. Angie mengatakan bahwa banyak pria yang datang ke dukun, ada yang dilakukan dengan menyuntikkan cairan, seperti silikon atau daun jarak.
Menurutnya, cara tersebut mungkin membuat ukuran penis tampak lebih besar, tapi cairan tersebut tidak bisa diserap oleh tubuh sehingga menimbulkan efek samping yang berbahaya.
“Akhirnya terjadi peradangan, jaringan rusak. Dalam jangka panjang jaringannya rusak, mengeras, malah bentuk penis jadi aneh,” jelas Angie, dikutip dari Kompas.com.
Efek lainnya adalah rasa sakit saat ereksi, bahkan tidak bisa melakukan penetrasi karena bentuk penis yang berubah.
Sumber : Kompas TV/Tribunnews/Sonora/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.