Baca Juga: The Rolling Stones Mulai Tur ke-9 Negara Eropa
Di luar bermain drum, Watts juga seorang pekerja seni. Dia bekerja dengan Jagger menciptakan desain panggung spektakuler untuk tur Rolling Stones.
Watts juga menggambar ilustrasi sampul belakang album 1967 yang bertajuk “Between the Buttons” dan secara tidak sengaja membuatkan judul album tersebut.
Ketika dia bertanya kepada manajer Rolling Stones saat itu, Andrew Oldham, apa judul album itu, Oldham menjawab "Di antara tombol-tombolnya," atau "between the buttons," yang artinya adalah 'belum pasti'
Watts berpikir Oldham memberinya judul album yang sebenarnya, sehingga Watts melukiskan apa yang dikatakan Oldham di sampul album dengan judul yang sama; "Between the Buttons".
Bagi dunia fana, Watts adalah bintang rock. Tetapi Watts sering mengatakan, pengalaman dirinya itu sebenarnya menguras tenaga dan tidak menyenangkan, dan bahkan menakutkan.
"Gadis-gadis mengejarmu di jalan, berteriak... mengerikan!... Aku benci itu," katanya kepada surat kabar The Guardian dalam sebuah wawancara.
Dalam wawancara lain, dia menggambarkan kehidupan bermain drum sebagai "persilangan antara menjadi seorang atlet dan seorang yang super gugup."
Penulis Philip Norman, yang banyak menulis tentang Rolling Stones, mengatakan Watts hidup "dengan harapan terus-menerus untuk segera pulang ke rumah menumpang pesawat tercepat berikutnya."
Dalam tur, dia membuat tanda di setiap kamar hotel yang dia tinggali, caranya menandai waktu sampai dia bisa kembali ke keluarganya.
Baca Juga: Rocker Tom Petty Tewas karena Keracunan 7 Jenis Obat
Charles Robert Watts adalah anak seorang ayah yang bekerja sebagai sopir truk dan ibu rumah tangga. Watts lahir di Neasden, London, pada 2 Juni 1941.
Sejak kecil Watts sangat menyukai musik, khususnya jazz. Dia jatuh cinta dengan drum setelah mendengar Chico Hamilton dan kemudian belajar sendiri dengan mendengarkan rekaman Johnny Dodds, Charlie Parker, Duke Ellington dan raksasa jazz lainnya.
Watts bekerja untuk sebuah perusahaan periklanan London usai kuliah di Harrow Art College, dan bermain drum di waktu luangnya.
London adalah rumah bagi kebangkitan blues dan jazz di awal 1960-an, dimotori Jagger, Richards dan Eric Clapton di antara para superstar lain tahun itu.
Karier Watts dimulai setelah ia bermain dengan Alexis Korner's Blues Incorporated, dimana Jagger juga ikut. Kornerlah yang mendorong Watts untuk bergabung dengan Rolling Stones.
Watts bukan penggemar musik rock pada awalnya. Dia ingat dipandu oleh Keith Richards dan Brian Jones saat ia menyerap musik blues dan rock sampai ke sumsum, terutama musik bluesman Jimmy Reed.
"Keith Richards mengajari saya rock and roll,” kata Watts. “Kami tidak akan melakukan apa-apa sepanjang hari dan kami akan memutar rekaman ini berulang-ulang di apartemen Richards,"
Baca Juga: Bertahan 48 Tahun, Ini Pesan God Bless untuk Musisi Indonesia
Saya belajar untuk mencintai Muddy Waters. Keith menyadarkan saya betapa baiknya Elvis Presley, dan saya saat itu adalah haters Elvis.”
Watts adalah orang terakhir yang bergabung dengan Rolling Stones; band itu (Jagger dan Richards serta Jones) mencari peman drum permanen selama berbulan-bulan dan mengincar Watts, tapi khawatir Watts terlalu bagus untuk mereka.
Richards ingat Rolling Stones sangat menginginkan dia untuk bergabung sehingga anggota yang lain mengurangi pengeluaran sehingga mereka mampu membayar gaji Watt yang layak.
Watts mengatakan dia awalnya yakin, band tersebut palingan hanya akan bertahan satu tahun paling lama.
“Setiap band yang pernah saya ikuti bertahan selama seminggu,” katanya. "Saya selalu berpikir Stones akan bertahan seminggu, lalu saya perkirakan paling cuma dua minggu, dan kemudian tiba-tiba, sudah 30 tahun aja."
Sumber : Associated Press/Drummer Magazine/The Rolling Stones Magazine
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.