"Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025," tambahnya.
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira menambahkan, dengan penurunan tambahan uang beredar di momen Ramadan dan Idulfitri tahun ini, maka berdampak pada pembentukan PDB secara nasional yang tidak optimal.
Ia menjelaskan, berdasarkan modelling yang dilakukan Celios pada tahun 2024, tambahan PDB akibat adanya momen Ramadan dan Hari Raya Idulfitri mencapai Rp168,55 triliun.
Sedangkan tahun 2025 hanya Rp140,74 triliun atau turun 16,5 persen.
Baca Juga: Sederet Fakta Defisit APBN 2025: Pendapatan Pajak Turun hingga Ancaman PHK
"Sedangkan keuntungan pengusaha hanya Rp84,19 triliun, jauh di bawah tambahan pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp100,83 triliun," ungkap Bhima.
Indikator lain yang memotret pelemahan daya beli masyarakat adalah menurunnya porsi simpanan perorangan yang hanya mencapai 46,4 persen terhadap total DPK (Dana Pihak Ketiga).
"Hal ini tidak pernah terjadi di awal pemerintahan sebelumnya. Pada awal periode Jokowi-JK, simpanan perorangan porsinya 58,5 persen dan Jokowi-Amin sebesar 57,4 persen," sebut Bhima.
Merosotnya porsi tabungan perorangan, lanjutnya, mengindikasikan masyarakat cenderung bertahan hidup dengan menguras simpanan, karena upah riil terlalu kecil, tunjangan berkurang, dan ancaman PHK masih berlanjut.
Baca Juga: Profil Dewan Penasihat Danantara: Ada Ray Dalio, Jeffrey Sachs, hingga Thaksin Shinawatra
“Dengan berbagai indikator perekonomian tersebut, Celios memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2025 hanya 5,03 persen (year-on-year)," tutur Bhima.
Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 yang mencapai 5,11 persen.
Perkiraan pertumbuhan memperhitungkan dampak dari momen Ramadan dan Idulfitri 2025 yang secara siklus mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2024.
Namun menurut Bhima, faktor seasonal yang di ikuti pembagian THR tetap tidak mampu membuat ekonomi tumbuh lebih tinggi.
Baca Juga: Rencana Presiden Prabowo saat Lebaran, Kunjungi Jokowi? | Istana&Presiden
Bahkan dikhawatirkan ekonomi bakal melambat pasca lebaran, karena tidak ada lagi motor penggerak konsumsi yang signifikan.
"Belanja pemerintah yang sedang efisiensi besar-besaran juga berpengaruh ke consumer confidences. Pelemahan kurs rupiah juga menambah kehati-hatian dari masyarakat untuk membelanjakan uangnya," tutup Bhima.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.