Mereka menyoroti posisi strategis Indonesia sebagai negara dengan populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
"Dengan jumlah penduduk dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki komitmen yang sama dengan negara-negara anggota lainnya untuk mereformasi lembaga tata kelola global dan memberikan kontribusi positif untuk memperdalam kerja sama Selatan-Selatan," demikian tertulis dalam pernyataan tersebut.
BRICS dibentuk pada 2009 dengan anggota awal Brasil, Rusia, India, dan China. Afrika Selatan kemudian bergabung pada 2010.
Baca Juga: Kasus Virus HMPV Ditemukan pada Anak-Anak di Indonesia, Menkes Minta Masyarakat Tak Panik
Dalam beberapa tahun terakhir, aliansi ini semakin menguat dengan menambah anggota baru, termasuk Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab pada 2024.
Arab Saudi juga telah diundang untuk bergabung, tetapi hingga kini belum menyatakan keputusan final.
Selain itu, beberapa negara seperti Turki, Azerbaijan, dan Malaysia telah mengajukan permohonan resmi untuk menjadi anggota.
BRICS dibentuk sebagai penyeimbang bagi kelompok negara maju yang tergabung dalam G7, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Jerman.
Baca Juga: Menlu Sugiono dan Mayor Teddy Lari-Lari Kejar Presiden Prabowo Usai Pertemuan dengan Presiden Peru
Nama BRICS diambil dari istilah ekonomi yang pertama kali muncul pada awal 2000-an untuk menggambarkan negara-negara dengan potensi besar mendominasi ekonomi global pada 2050.
Sebelum kehadiran Indonesia, BRICS telah mencakup hampir 45 persen populasi dunia dan sekitar 35 persen dari produk domestik bruto (PDB) global berdasarkan paritas daya beli.
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS diharapkan dapat memperkuat posisi negara-negara berkembang dalam percaturan ekonomi global.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.