Kompas TV ekonomi energi

Prabowo Ingin Swasembada Energi, Pengamat UGM Sebut Insentifnya Harus seperti Smelter Nikel

Kompas.tv - 20 Oktober 2024, 21:05 WIB
prabowo-ingin-swasembada-energi-pengamat-ugm-sebut-insentifnya-harus-seperti-smelter-nikel
Ilustrasi kelapa sawit sebagai sumber energi baru. Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, swasembada energi yang ditargetkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, bisa tercapai dengan memanfaatkan sumber energi baru. (Sumber: PTPN XIII)
Penulis : Dina Karina | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, swasembada energi yang ditargetkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, bisa tercapai dengan memanfaatkan sumber energi baru.

Fahmy menilai, untuk mengembangkan energi baru, Presiden Prabowo harus menberikan insentif dan dukungan kepada investor asing yang sama besar seperti hilirisasi nikel. 

Pasalnya, Indonesia masih membutuhkan teknologi pengembangan energi baru yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asing. 

"Dibutuhkan insentif fiskal untuk membuat (energi baru) mencapai nilai keekonomian seperti yang diterapkan ke smelter nikel," kata Fahmy saat dihubungi Kompas.tv, Minggu (20/10/2024). 

Baca Juga: Pakar: Prabowo Harus Buktikan Menteri Pilihannya Berkinerja Baik, Terlepas dari Menteri Era Jokowi

Ia menjelaskan, ada dua hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencapai swasembada energi. Pertama, menarik minat investasi asing untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dalam negeri, Pertamina misalnya. 

Sebenarnya hal itu sudah pernah dilakukan, namun dalam beberapa proyek, investor asing tersebut memutuskan tidak meneruskan kerja sama. Sehingga akhirnya Pertamina tidak bisa melanjutkan pengembangan energi baru itu. 

Seperti pengembangan B20 dan kini terhenti di B40. Serta proyek gasifikasi batu bara dengan perusahaan Amerika Serikat. 

"Masalah ini harus diatasi. Kita membutuhkan teknologi untuk mengolah sumber yang melimpah ruah, menjadi suatu energi baru," ujarnya. 

Baca Juga: Peralihan Kekuasaan Lancar, Wakil Ketua MPR Yakin Kepercayaan Investor Asing Meningkat

Strategi kedua adalah dengan mengembangkan riset di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan universitas-universitas. 

Upaya itu membutuhkan komitmen jangka panjang karena riset membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. 

"APBN harus disisihkan untuk research and development karena ini jumlahnya tidak kecil. Ini tergantung dari komitmen Prabowo," ucap Fahmy. 

Sebelumnya, dalam pidatonya usai dilantik, Presiden Prabowo Subianto menegaskan Indonesia harus swasembada energi. 

Baca Juga: Daftar Tamu Negara yang Diterima Prabowo di Istana, Upaya Presiden Baru Mempererat Persahabatan

Ia menuturkan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang di mana-mana, Indonesia harus siap dengan kemungkinan yang paling buruk, saat negara-negara lain juga harus memikirkan kepentingan mereka sendiri.

"Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan kita dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi," kata Prabowo. 

Ia menerangkan, Indonesia punya sumber daya yang melimpah untuk dikembangkan menjadi sumber energi baru. Seperti kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin, serta tanaman-tanaman seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. 

"Kita juga punya energi bawah tanah geotermal yang cukup, kita punya batu bara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar. Saudara-saudara sekalian, pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi," ungkapnya. 


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x