“Karena jumlah pasokan di pasar cukup, ini menyebabkan deflasi dari harga komoditas-komoditas tersebut dan berkontribusi pada deflasi (Juli),” ungkapnya.
Namun, ada kelompok yang mengalami inflasi pada bulan Juli 2024. Kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,69 persen dan mendorong andil inflasi sebesar 0,04 persen terhadap inflasi umum.
Hal itu terjadi karena periode Juni-Juli adalah momen tahun ajaran baru. Secara historis, kelompok pendidikan masih akan terjadi inflasi selama dua bulan ke depan, lantaran tingkat pendidikan tinggi biasanya memulai perkuliahan di bulan Agustus-September.
Baca Juga: Masuk Proyek Strategis Nasional, KAI Genjot Investasi Angkutan Batu Bara di Sumatera
“Adapun komoditas penyumbang inflasi dalam kelompok pendidikan adalah biaya SD, SMP, dan SMA yang masing-masing menyumbang andil 0,01 persen,” ujarnya.
Komoditas lain yang juga menjadi penyumbang inflasi pada Juli adalah cabai rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen.
Di samping itu, emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin, dan sigaret kretek tangan juga berkontribusi terhadap inflasi dengan andil masing-masing 0,01 persen.
Baca Juga: BPS: Inflasi Tahun 2023 2,61%, Terendah dalam 20 Tahun Terakhir
Bila ditinjau berdasarkan wilayah, sebanyak 32 provinsi mengalami deflasi, dan yang terdalam terjadi di Sumatera Barat (1,07 persen), Gorontalo (0,95 persen), Papua Selatan (0,92 persen), Kalimantan Tengah (0,68 persen), Nusa Tenggara Barat (0,35 persen), dan Banten (0,24 persen).
Sedangkan enam provinsi lainnya mengalami inflasi, di antaranya Papua Barat Daya (0,25 persen), Papua Barat (0,13 persen), Papua Tengah (0,12 persen), Bali (0,10 persen), Jawa Barat (0,06 persen), dan Jawa Timur (0,04 persen).
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.