JAKARTA, KOMPAS.TV - Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 sebesar 407,3 miliar dolar AS. Jumlah itu naik 1,4% dari Februari 2023.
Dengan kurs rupiah saat ini yang mencapai Rp16.200 per dolar AS, maka utang luar negeri Indonesia itu setara dengan Rp6.516,80 triliun.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, peningkatan tersebut terutama bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral.
Namun ia menyebut, ULN pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur, efisien, dan akuntabel. Ia menjelaskan, ULN terdiri dari utang pemerintah dan utang swasta.
Baca Juga: Erick Thohir Bantah Instruksikan BUMN Borong Dolar AS di Tengah Pelemahan Rupiah
Posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tercatat sebesar 194,8 miliar dolar AS, atau tumbuh 1,3% (year-over-year/yoy atau dari tahun ke tahun), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan 0,1% (yoy) pada bulan sebelumnya.
"Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah," kata Erwin dalam keterangan resminya.
Ia menyampaikan, sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN dan dalam rangka melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung upaya Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas.
"ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja," ujarnya.
Antara lain pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (21,1% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,1%); Jasa Pendidikan (16,9%); Konstruksi (13,7%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,7%).
Baca Juga: OJK Cabut Izin Usaha BPRS Saka Dana Mulia di Kudus, LPS Siapkan Pembayaran Jaminan Simpanan Nasabah
"Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total ULN pemerintah," ucapnya.
Sementara itu, ULN swasta melanjutkan penurunan pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada Februari 2024 tercatat stabil pada kisaran 197,4 miliar dolar AS.
Secara tahunan, ULN swasta mengalami penurunan sebesar 1,3% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,3% (yoy).
Penurunan utang itu bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.
Baca Juga: Bima Arya Mau Hapus Angkot Reyot di Bogor, Gandeng PLN Bikin SPKLU Khusus Angkot Listrik
"ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,3% terhadap total ULN swasta," sebut Erwin.
Ia juga menegaskan, struktur ULN Indonesia juga tetap sehat. Didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,5%, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9% dari total ULN.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.