Baca Juga: Ada Konflik Israel-Iran, Pemerintah RI Waspada Kenaikan Harga Minyak dan Biaya Logistik
Ia menuturkan, tingkat volatilitas rupiah tersebut akan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu dan kondisi depresiasi yang dialami oleh nilai tukar rupiah berpeluang terjadi lebih lama.
Untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar yang lebih dalam, Bank Indonesia bisa mengoptimalkan berbagai kebijakan seperti instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Bank Indonesia dalam hal ini juga saya kira akan lebih aktif di pasar valas untuk melakukan intervensi nilai tukar rupiah," ucapnya.
Di sisi lain, konflik Iran dan Israel juga dapat menyebabkan lonjakan harga minyak karena terganggunya pasokan minyak mentah.
Menurut Yusuf, penyesuaian pada asumsi harga minyak dalam negeri perlu dilakukan jika konflik Iran dan Israel berkepanjangan.
Baca Juga: Nilai Barang Kiriman PMI dari Luar Negeri Bebas Pajak & Bea Masuk Maksimal 1.500 Dollar AS per Tahun
Selain itu, perubahan pada harga bahan bakar minyak (BBM) juga berpotensi terjadi, dengan asumsi bahwa konflik tersebut akan berlanjut karena ada aksi balasan dari Israel dan sekutunya.
Jika konflik tereskalasi lebih jauh, menyebabkan perang yang lebih luas di Timur Tengah, bisa potensial menjatuhkan ekonomi global ke dalam resesi dan akan berdampak signifikan pada sentimen investor.
"Meski demikian, dalam konteks sentimen investasi, ada faktor lain yang juga ikut mempengaruhi psikologi investor, dan dalam konteks Indonesia sebenarnya faktor-faktor tersebut relatif tidak terlalu berpengaruh buat Indonesia misalnya faktor dari stabilisasi ekonomi dalam jangka panjang," jelasnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.