TANGERANG SELATAN, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap alasan pemerintah memberikan bantuan beras 10 kg setiap bulan kepada masyarakat.
Jokowi mengatakan, pemerintah ingin meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga beras.
Ia menegaskan, naiknya harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia.
Hal itu ia sampaikan saat membagikan bantuan pangan berupa beras 10 kg di Gedung Kawasan Pertanian Terpadu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (19/2/2024).
“Kenapa pemerintah memberikan beras sebulan 10 kg? Karena kita tahu harga beras di seluruh negara di dunia naik. Tidak hanya di Indonesia. Kenapa naik? karena ada perubahan iklim, perubahan cuaca sehingga banyak yang gagal panen,” kata Jokowi seperti dikutip dari Breaking News Kompas TV.
"Pemerintah, kita membantu bantuan beras ini agar meringankan ibu-ibu dan bapak-bapak semuanya karena harganya naik tadi," tambahnya.
Baca Juga: Bantuan Beras 10 Kg Mulai Digulirkan Lagi, Cek Penerimanya di Cekbansos.kemensos.go.id
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan, bantuan beras ini akan dilanjutkan sampai dengan bulan Juni dan setelahnya, jika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencukupi.
"April dapet lagi, Mei dapet lagi, Juni dapet lagi. Yang enggak setuju angkat tangan. Jadi ini Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni. Nanti setelah Juni kita lihat APBN-nya mencukupi atau tidak. Kalau mencukupi kita lanjutkan," tuturnya.
Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, kenaikan harga beras memang bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Filipina.
Bahkan di negara itu kenaikan harga terjadi saat pasokan beras melimpah.
Wakil Menteri Pertanian Filipina Roger Navarro mengatakan, negaranya memiliki pasokan beras yang cukup berkat panen raya tahun lalu dan tambahan impor pada Januari.
Baca Juga: Beras Mahal, Pemprov Lampung Siap Beri Sanksi Penutupan jika Pelaku Usaha Jual Gabah ke Luar Daerah
Namun inflasi beras naik menjadi 22,6 persen pada Januari, dari 19,6 persen pada Desember tahun lalu.
"Sulit untuk menurunkan harga karena harga gabah, bahkan di negara-negara pengekspor beras seperti Vietnam dan Thailand, pemasok beras utama Filipina, juga mengalami kenaikan sampai 48 peso (sekitar Rp13.344) dan 52 peso (sekitar Rp14.456) per kilo," kata Navarro seperti dikutip dari Antara, Minggu (18/2).
"Tantangannya bukan pada harga beras, tetapi lebih pada menstabilkan pasokan," tambahnya.
Navarro menyatakan, warga di negaranya mengonsumsi sekitar 37.000 metrik ton beras setiap hari dan harus mengimpor sekitar 300.000 ton setiap bulannya untuk melengkapi produksi lokal.
Baca Juga: Pengumuman! Tarif Tol Serpong-Cinere Naik Mulai 21 Februari 2024, Berikut Besarannya
Ia mengungkap Filipina telah mengimpor 590.000 metrik ton beras hingga Rabu (14/2).
Beras itu digunakan untuk melengkapi produksi lokal karena musim panen baru akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang.
Menurutnya, menurunkan harga beras agak sulit karena permintaan saat ini juga tinggi.
Terutama setelah adanya larangan ekspor beras non-basmati oleh India dan kekhawatiran akan pasokan akibat El Nino serta kian tingginya biaya pupuk dan input pertanian lainnya.
Tahun lalu, Filipina memanen 20,06 juta metrik ton beras, mengurangi volume impor menjadi sekitar 3,5 juta metrik ton dari 3,8 juta metrik ton pada 2022.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.