JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan menyatakan, Rusia adalah mitra dagang dan investasi penting bagi ASEAN. Saat ini, Rusia adalah investor terbesar ke-9 di ASEAN, baik untuk investasi dan neraca perdagangan.
Menurut Zulhas, sapaan akrabnya, Rusia penting bagi ASEAN untuk memperkuat kesatuan dalam menghadapi berbagai tantangan global ke depan. Hal itu disampaikan Zulhas saat membuka pertemuan konsultatif Menteri Ekonomi ASEAN dengan Rusia, dalam rangkaian ASEAN Economic Ministers' Meeting (AEM) Ke-55 di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8/2023).
"Rusia merupakan mitra dagang yang penting bagi ASEAN, Rusia peringkat ke-9 investasi terbesar di ASEAN pada 2022, di antara mitra dialog ASEAN," kata Zulhas seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Pedagang Sulit Cari Stok Beras saat Harga Tinggi, Ikappi: Kami Sangat Kecewa dengan Pemerintah
Dalam pertemuan itu, delegasi Rusia dipimpin oleh Direktur Jenderal Departemen Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Proyek Khusus Kementerian Kerja Sama Ekonomi Federasi Rusia Nikita Kondratyev.
Zulhas yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PAN itu menyampaikan, jika Rusia juga membutuhkan ASEAN. Pasalnya, kawasan Asia Tenggara adalah wilayah yang menjadi tempat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Pemerintahan di kawasan ASEAN juga bertekad untuk menciptakan arsitektur pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
"Pertemuan ini jadi momentum penting untuk memperkuat ekonomi ASEAN dan Rusia," ujar Zulhas.
Baca Juga: Pemprov DKI Terapkan WFH 75 Persen bagi ASN selama KTT ke-43 ASEAN 4-7 September 2023
Sementara itu, Kondratyev menjelaskan omzet perdagangan ASEAN dan Rusia pada 2022 telah meningkat 20 persen mencapai 20 miliar dolar AS, yang merupakan tertinggi sejak 2014.
Sedangkan, pada Januari-Juni 2023, omzet perdagangan AS dan Rusia sudah naik 3,6 persen dibandingkan paruh pertama 2022.
"Kita perlu memperdalam dan memperluas dialog kita di sejumlah bidang utama yang harus kita fokuskan pada menjaga rantai pasokan yang stabil dan mengembangkan keberlanjutan," tutur Kondratyev.
Baca Juga: Banyak Anak Muda Gagal Ajukan KPR karena PayLater, Simak Tips Ini dari OJK
Dampak Perang Rusia-Ukraina
Meningkatnya hubungan dagang antara Rusia dengan ASEAN ini tak terlepas dari Perang Rusia-Ukraina yang terjadi sejak awal 2022 lalu. Serangan Rusia ke Ukraina membuat negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang dan negara lainnya membatasi hubungan dagang dan bisnis dengan Negeri Beruang Merah itu.
Rusia pun mencari mitra dagang baru dan meningkatkan kerja sama dengan mitra dagang yang sudah ada, tapi jumlah transaksinya masih kecil. Terlihat dari data perdagangan dengan ASEAN, jumlah tertingginya dicapai dalam tahun pertama Perang Rusia-Ukraina berlangsung, yakni 2022.
Selain dengan Rusia, Menteri Ekonomi Se-ASEAN juga melakukan pertemuan dengan delegasi Inggris, pada Minggu (20/8).
Undang-Undang Bebas Produk Deforestasi (EUDR)
Dalam pertemuan kemarin, Zulhas juga menyinggung sikap Uni Eropa yang tiba-tiba membuat Undang-Undang Bebas Produk Deforestasi (EUDR) sehingga menghambat ekspor kopi Indonesia.
Tapi di saat yang sama, mengizinkan masuknya batu bara yang merupakan produk energi fosil.
“Kalau EU kan tiba-tiba bikin EU Bebas Deforestasi, kopi mesti punya legalitas yang begitu rupa, tapi batu bara dia masih beli juga,” ucap Zulhas di Semarang, Minggu (20/8).
“Jadi batu bara dengan kopi, (berdasarkan EU) lebih jelek kopi daripada batu bara, ini kan kita susah,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Zulhas awalnya menyampaikan apresiasinya terhadap Inggris yang memiliki pandangan lebih berimbang terhadap produk-produk Indonesia.
Baca Juga: Bertolak ke Afrika Selatan, Jokowi Kunjungi 4 Negara dan Hadiri KTT BRICS
Meskipun Inggris juga memiliki perhatian terhadap isu pelestarian lingkungan, namun mampu bersikap “lebih adil” terhadap produk-produk Indonesia.
Inggris, kata Zulhas, tidak pernah menghambat ekspor kertas ataupun kayu dari Indonesia.
“Kita tidak ada kendala kirim kertas, kayu, panel kayu. SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) juga berlaku,” ujarnya.
EUDR berlaku pada 16 Mei 2023, namun Uni Eropa memberikan masa transisi bagi perusahaan besar untuk mengimplementasikan aturan baru itu dalam waktu 18 bulan, sementara perusahaan kecil mendapatkan fase transisi 24 bulan.
Baca Juga: PKS soal Elektabilitas Anies di Survei Litbang Kompas Terbaru: Warning buat Koalisi
Aturan itu mengamanatkan uji tuntas ekstensif pada rantai nilai untuk semua operator dan pedagang yang berurusan dengan produk tertentu yang berasal dari ternak, kakao, kopi, kelapa sawit, karet, kedelai, dan kayu.
Maka dari itu, produk yang ditargetkan masuk Uni Eropa harus bebas deforestasi.
EUDR diperkirakan akan menghambat ekspor tujuh komoditas Indonesia, di antaranya ternak, kopi, sawit, biji cokelat, kedelai, kayu, hingga karet.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.