BRICS disebut-sebut akan menjadi entitas geopolitik yang menyaingi pengaruh Barat dalam kelompok forum G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa).
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Akses Jalan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Karawang Telat 6 Bulan
Ramzy Baroud, jurnalis Amerika-Palestina, menyebut perkembangan BRICS membuatnya memandang diri menjadi saingan langsung G7.
Dalam tulisan opininya di Gulf News, ia mengatakan aksesi Argentina dan Iran menunjukkan penjelmaan BRICS menjadi entitas geopolitik untuk menyaingi pengaruh Barat di pentas global.
Ia menyebut Rusia, China dan negara lain akan berinvestasi di berbagai infrastruktur ekonomi, politik, serta militer dengan harapan membuat perimbangan permanen dan berkelanjutan atas dominasi negara-negara Barat.
Ia bahkan mengungkapkan kemungkinan konflik tersebut akan membentuk masa depan umat manusia.
Dari waktu ke waktu, BRICS membahas isu-isu penting di bawah tiga pilar, yakni pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan keuangan, serta pilar budaya dan pertukaran orang ke orang (people to people exchanges).
Melansir dari situs resmi forum BRICS 2022, negara-negara anggota forum tersebut dikatakan telah menjunjung tinggi keadilan, mempromosikan reformasi sistem pemerintahan global, serta membuat suara BRICS didengar dalam isu kawasan maupun internasional.
Baca Juga: Di Depan Puan Maharani dan Delegasi Parlemen ASEAN, Jokowi Sebut Kepentingan Rakyat Harus Diutamakan
Oleh karena itu, BRICS telah meningkatkan suara pasar negara-negara berkembang di dunia serta mempromosikan kerja sama negara-negara bagian atau kawasan Selatan.
Kerja sama BRICS juga disebut telah diakui secara luas oleh negara-negara berkembang. Status serta perannya dalam mekanisme multilateral di PBB, G20, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah meningkat dan berkembang.
Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mendorong Indonesia untuk segera bergabung dengan BRICS. Menurutnya, dunia saat ini memerlukan keseimbangan aspek pertahanan, keamanan, dan ekonomi.
"Itu (urgensi untuk bergabung BRICS) adalah keniscayaan," kata Connie seperti dikutip dari Antara.
Ia menyebut, kelima negara anggota BRICS saat ini berpotensi tumbuh menjadi penggerak perekonomian dunia terbesar pada 2050. Untuk itu, Connie mengatakan bahwa Indonesia perlu mempererat hubungan dengan BRICS demi memperkuat perekonomian.
Dia juga menyinggung keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyediakan biji-bijian dan pupuk secara gratis bagi negara-negara Afrika adalah contoh nyata dari upaya BRICS mengatasi masalah ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang.
Baca Juga: Kata Prabowo Soal Rocky Gerung Kritik dengan Kata Kasar ke Presiden Jokowi
Afrika Selatan merupakan ketua BRICS tahun ini. Sebelumnya, Duta Besar untuk Asia dan BRICS di Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan Anil Sooklal mengungkapkan bahwa ada lebih dari 40 negara yang telah mengutarakan minatnya untuk bergabung BRICS. Sebanyak 22 negara di antaranya telah mengajukan permohonan resmi.
Diantaranya adalah Argentina, Mesir, Indonesia, Uni Emirat Arab (UAE), dan Arab Saudi.
Ini bukan pertama kali Indonesia disebut-sebut sebagai calon anggota BRICS berikutnya. Saat KTT BRICS di Xiamen, China, pada 2017, kantor berita Xinhua bahkan tiga kali menyebut Indonesia berpotensi bergabung dalam kelompok tersebut.
Sumber : Kompas.tv, Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.