JAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah Ekuador berusaha untuk mencari dana pinjaman dengan mengaktifkan jalur kredit, dengan pemberi pinjaman internasional demi mengurangi dampak dari gangguan cuaca El Nino.
Rencana pendanaan tersebut merupakan bagian dari upaya Presiden Guillermo Lasso untuk mengatur langkah-langkah pencegahan dan menangani kemungkinan dampak dari El Nino yang membutuhkan dana ratusan juta dolar AS.
Mengutip dari Antara, Jumat (30/6/2023), pemimpin konservatif itu mengatakan pendanaan awal sebesar USD266 juta (sekitar Rp3,9 triliun) akan ditanggung oleh anggaran pemerintah umum serta penerbitan utang lokal. Para pejabat mengatakan angka itu bisa naik tergantung pada kebutuhan.
Kemudian, Menteri Keuangan Pablo Arosemena juga akan meminta aktivasi awal pinjaman melalui jalur kredit negara-negara di kawasan Pegunungan Andes (Ekuador, Bolivia, Kolombia, Peru) ke Bank Pembangunan Inter-Amerika, yang berjumlah sekitar USD400 juta (sekitar Rp6 triliun).
Baca Juga: Hati-Hati! Ini 3 Penyakit yang Banyak Timbul saat Musim Kemarau dan El Nino
Pemerintah akan menggunakan dana tersebut untuk menutupi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh potensi bencana alam yang berasal dari El Nino di negara tersebut. Seperti kekeringan, gagal panen, kekurangan bahan pangan, krisis air bersih, impor pangan, dan lainnya.
Pejabat setempat mengatakan, Ekuador mungkin juga mencari pendanaan dari pemberi pinjaman multilateral lainnya, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai bagian dari usaha pencegahan.
Akhir tahun lalu, pemerintah telah menyelesaikan program pinjaman USD6,5 miliar (sekitar Rp97 triliun) dengan IMF.
El Nino diprediksi akan melanda sejumlah negara, termasuk Indonesia, pada bulan Juli 2023.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah RI adalah mengimpor beras 1 juta ton dari India. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak El Nino yang menyebabkan kekeringan panjang.
Baca Juga: El Nino Kian Dekat, BMKG Sudah Lapor Jokowi 2 Kali dan Kirim Peringatan ke Pemda Tiap 10 Hari Sekali
Menteri yang akrab disapa Zulhas ini menyampaikan, Indonesia dan India sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) terkait impor beras itu.
Zulhas menegaskan, impor diperlukan agar pasokan beras tercukupi meski panen petani berkurang.
"Oleh karena itu saya sudah (tandatangani) MoU nota kesepahaman dengan India 1 juta ton sewaktu-waktu bisa beli. Government to government (G to G) kita sudah pesan 1 juta ton," kata Zulhas di Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Ia menjelaskan, impor beras asal India merupakan kesepakatan di luar dari penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Perum Bulog untuk mengimpor beras sepanjang 2023.
Adapun Perum Bulog telah menerima penugasan dari Bapanas untuk mengimpor 2 juta ton beras sepanjang 2023.
Tapi, baik kuota impor Bulog maupun kuota impor dari India, tidak harus direalisasikan seluruhnya. Indonesia baru akan mengimpor jika pasokan dalam negeri sudah menipis.
Baca Juga: IndiHome Gabung Telkomsel Mulai Besok, Ini Dampaknya kepada Para Pelanggan
Zulhas menambahkan, nota kesepahaman tersebut meliputi perihal harga dan ketersediaan beras India. Namun untuk waktu pembelian belum ditentukan oleh kedua negara.
"Ini baru MoU untuk harga tetap, barang ada tapi belum kita beli. Tapi sudah ada MoU G to G, tahun ini kalau butuh bisa beli. Barangnya sudah ada," ucapnya.
Sebelumnya, Zulhas menyebut fenomena El Nino yang memicu kekeringan telah menjadi salah satu penyebab “panic buying” masyarakat terhadap air minum di Malaysia.
“Menyikapi El Nino ini, yang seperti Malaysia saja sudah rebutan air minum. Di India juga suasana panas, yang juga ada beberapa perubahan kita ikuti perkembangannya. Di China juga gitu ya,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian juga mengingatkan pemerintah daerah agar mewaspadai fenomena El Nino sehingga pengendalian inflasi tidak terganggu.
Baca Juga: Siap-siap, Per 1 Juli Besok Pesan Tiket KA Jarak Jauh Bisa H-90 atau 3 Bulan Sebelumnya
Menurut Tito, sejumlah lembaga memprediksi Indonesia bakal mengalami fenomena cuaca yang dapat mengakibatkan kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih di beberapa wilayah itu.
Kementerian Pertanian (Kementan) juga membentuk gugus tugas dalam menghadapi El Nino yang diprediksi terjadi sekitar Juni dan semakin intens pada Agustus nanti hingga berlangsung sampai Desember.
”Saya meminta untuk dibentuk gugus tugas di setiap wilayah. Kita semua harus duduk bersama untuk merumuskan semuanya, dimulai dari pemetaan wilayah, konsep kelembagaan, hingga rencana aksinya,” ungkap Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Sumber : Antara/Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.