Tak lama berselang, giliran si bungsu Ketut Masagung juga memilih mundur dari bisnis Grup Gunung Agung dengan mendirikan toko buku sendiri, Toko Buku Walisongo.
Toko Buku Walisongo yang berfokus pada penjualan buku-buku islami. Lokasi Toko Buku Walisongo pun masih berada di bilangan Kwitang tak jauh dari Toko Buku Gunung Agung.
Sepeninggal dua saudaranya, di tangan Made Oka Masagung, Grup Gunung Agung mengembang cepat. Gurita bisnisnya mulai dari ke sektor jasa keuangan dengan memiliki Bank Arta Prima, money changer (Ayumas Gunung Agung), perusahaan investasi, dan properti serta pertambangan.
Hanya tangan bisnis Made Oka tak sedingin ayahnya. Kelewat ekspansif membuat bisnis Gunung Agung tertambat banyak masalah.
Padahal di awal berdirinya, sejumlah nama besar ikut tercatat sebagai pemegang saham Gunung Agung. Misalnya Mohammad Hatta, H.B. Jassin, dan Adinegoro.
Baca Juga: Nasabah BSI Bingung Ada Saldo Diblokir Rp50.000 Saat Cek Rekening, Ini Penjelasan BSI
Soal keterpurukan bisnis Grup Gunung Agung ini ditandai dengan kisah Made Oka MasAgung, sang pemilik, menjual 80 persen sahamnya kepada PT Kosgoro.
Langkah itu dilakukan lantaran kelompok usaha yang didirikan ayah Oka, Haji Masagung tersebut terbelit utang sampai Rp450 miliar.
Sebanyak Rp 55 miliar dari jumlah itu berupa utang kepada Bank Summa. Dan sebagian besar utang sudah jatuh tempo.
Pengalihan saham kepada Kosgoro itu kabarnya bahkan dilakukan lewat saluran telepon internasional. Kala itu Oka terbaring di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat.
Beberapa proyek, seperti penambangan emas di Sukabumi juga dikabarkan sekarat. Nasib serupa juga menimpa sektor properti.
Kongsi Oka dengan mantan direktur Astra dan petinggi bank saat itu di tahun 1990 tak berjalan sukses.
Akibatnya, utang proyek-proyek perusahaan property bernama Graha Prima sudah mencapai ratusan miliar tak tertanggungkan.
Baca Juga: Pengumuman, 10 Halte Transjakarta Ini Akan Ditutup 31 Mei-3 Juni untuk Revitalisasi
Pada 1993, Oka pun menjual 80 persen kepemilikan saham atas Wisma Kosgoro di Jalan Thamrin Jakarta kepada empat yayasan yang dipimpin pengusaha Bob Hasan.
Sampai saat itu, Oka tercatat sebagai bendahara Kosgoro. Dengan masuknya Kosgoro, bisnis Masagung pun menyusut.
Selain berdagang buku dan usaha penerbitan, Gunung Agung juga menjadi pena Parker, rokok Dunhill dan Rothmans, serta majalah Time.
Kemudian Mas Agung merambah ke bisnis pariwisata dengan membangun PT Jaya Bali Agung.
Melalui PT Jaya Mandarin Agung, Gunung Agung jadi pengelola Hotel Mandarin yang berpatungan dengan investor Hong Kong.
Saat didirikan, pemegang saham Gunung Agung terdiri atas 100 orang. Di antaranya tercatat proklamator Mohammad Hatta, H.B. Jassin, Adinegoro, dan Sumanang.
Sumber : Kompas TV, Kontan.co.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.