JAKARTA, KOMPAS.TV - Layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) sudah berangsur normal pada Kamis (11/5/2023) kemarin. Namun, pengamat ekonomi syariah dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Damanhur menilai, Provinsi Aceh berpotensi rugi hingga puluhan miliar rupiah akibat terhentinya layanan BSI karena gangguan yang terjadi sejak Senin (8/5) lalu.
Ia mengatakan, layanan teller bank, ATM, dan mobile banking BSI yang tak bisa digunakan membuat tidak ada pencairan dana selama beberapa hari untuk instansi vertikal di Aceh.
"Cerita jaringan ATM eror dan aplikasi mobile banking eror itu bukan kali pertama. Namun, ini kali pertama yang terlama, sampai tiga hari. Kalau kita hitung, bisa ratusan miliar kerugian nasabah, mulai pebisnis, pemerintah, sampai masyarakat biasa,” kata Damanhur seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (12/5).
"Perputaran uang dari instansi vertikal saja itu berapa puluh miliar dalam tiga hari. Ini sungguh merugikan banyak pihak,” tambahnya.
Baca Juga: Imbas Gangguan Layanan BSI, Kanwil Kemenag Jatim Minta Pelunasan Biaya Haji Diperpanjang Lagi
Menurutnya, sistem perbankan BSI yang eror selama berhari-hari itu menunjukkan bank syariah tersebut pelit dalam melakukan investasi bidang teknologi informasi.
Damanhur mencontohkan, mobile banking yang digunakan BSI merupakan aplikasi berbasis website. Sehingga, sangat mudah diretas. Ia menilai, seharusnya BSI mengutamakan prinsip customer is everything (pelanggan adalah segalanya, red).
“Bukan aplikasi basis utamanya mobile banking dengan pengamanan ekstra. Ini menandakan ketidakseriusan dan pelitnya BSI investasi bidang teknologi. Padahal itu jantung pengamanan sebuah bank,” ucapnya.
Keberadaan BSI di Aceh memang cukup signifikan lantaran menjadi satu-satunya bank syariah nasional yang beroperasi di wilayah itu. Sedangkan bank konvensional sudah tidak ada lagi di Aceh.
Baca Juga: Dirut BSI Klaim Layanan Sudah Normal, tapi Nasabah Belum Bisa Transfer Bank Lain dan Topup Gopay
Sementara itu, BSI menyebutkan akan menyelesaikan pelunasan biaya calon jemaah haji tahun 2023 yang masih tersisa hari ini, Jumat (12/5), sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menyampaikan, dari kuota 161.544 orang calon jemaah haji yang melakukan pembayaran biaya lewat BSI, sebanyak 95 persen atau 153.472 orang calon jemaah sudah melunasinya.
Sebanyak 153.472 calon jemaah haji yang sudah melunasi biaya haji terdiri atas 142.625 calon jemaah haji reguler dan 10.847 calon jemaah cadangan.
Kemudian sampai Jumat siang, tinggal sekitar 8.000 calon jemaah yang belum melunasi biaya haji melalui BSI.
Pihaknya pun sudah menginstruksikan setiap cabang turun ke lapangan dan menjemput bola agar seluruh calon jemaah haji bisa melunasi biaya haji 2023.
Baca Juga: BSI Belum Normal Pengusaha SPBU Terkendala Membayar Minyak
“Kami akan pastikan yang 8.000 kuota jemaah haji ini. Kami minta cabang-cabang untuk menyisir, jangan sampai ada orang merasa bahwa tidak diinformasikan, merasa tidak dikasih tahu, atau mungkin sudah sepuh," kata Anton seperti dikutip dari Antara.
Calon jemaah haji yang sudah berusia tua juga dipastikan mendapatkan informasi yang tepat. Anton menyatakan, pemulihan kembali layanan-layanan BSI akan mempermudah para calon jemaah haji dalam melakukan pelunasan biaya haji.
Saat ini ada dua cara yang dapat dilakukan untuk pelunasan biaya haji lewat BSI, yaitu melalui cabang dan mobile banking.
“Saat ini sekitar 30 persen pelunasan biaya haji sudah melalui BSI Mobile dan angka ini meningkat dari tahun lalu yaitu sekitar 10 persen. Memang 70 persen masih melalui cabang, ini dapat dimaklumi karena sebagian besar calon jemaah haji kan berusia sepuh dan tidak akrab dengan BSI Mobile,” tutur Anton.
Sumber : Kompas.com/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.