”Frame-nya (rangkanya) ini sekitar Rp 7 juta sampai Rp 8 juta,” sebutnya.
Baca Juga: Di Forum KTT ASEAN Mahfud MD Dorong Deklarasi Bersama Berantas Kejahatan Perdagangan Manusia
Meskipun terbuat dari bambu, Monica memastikan bahwa sepeda ini cukup tangguh dan sudah melalui uji jarak jauh.
Seperti yang sudah diuji Wisli Sagara, yang merupakan Duta Jenama Spedagi. Ia beberapa waktu lalu mengayuh sepeda bambu dari kilometer nol di Sabang sampai Jakarta.
Wisli juga pernah bersepeda bambu dari Jakarta ke Bajawa menempuh jarak 2.100 kilometer. Pada Agustus 2023, Wisli juga akan mengikuti tur sepeda tertua di Perancis menempuh jarak 1.200 km menggunakan sepeda bambu.
Menurut Wisli, kelebihan sepeda bambu adalah empuk, ada fleksibilitas.
”Beratnya, sih, mirip-mirip sama sepeda besi. Karena yang dipakai ini, kan, bukan bambu yang dalamnya kosong, tapi bambu padat. Ini belahan-belahan bambu yang ditangkupkan, dipadatkan, dan baru dibentuk (dibubut),” kata Wisli.
Baca Juga: Menengok Hotel Terapung KM Sinabung, Tempat Delegasi KTT ASEAN Ke-42 Menginap di Labuan Bajo!
Tim Kompas juga sudah mencoba mengayuh sepeda minivelo di lokasi Pameran Batu Cermin, Labuan Bajo. Laju sepeda hampir sama dengan sepeda berbahan lain. Bobotnya relatif ringan.
Sempat ada keraguan akan kekuatan rangka sepeda yang 50 persen berbahan bambu itu. Setelah beberapa kali putaran, barulah timbul keyakinan bahwa sepeda bambu dapat menahan beban tubuh.
Erlin Meo dari Kampus Bambu Turetogo, Kabupaten Ngada, mengatakan, bambu jenis petung (Dendrocalamus asper) yang dijadikan bahan pembuatan rangka sepeda merupakan bambu yang kuat.
Terbukti, selama bertahun-tahun masyarakat setempat menggunakan bambu petung untuk konstruksi bangunan.
”Bambu petung biasanya digunakan untuk tiang rumah dan rangka atap. Kalau tanpa pengawet, lima tahun sudah harus diganti. Kalau dengan pengawet, diperkirakan bambu masih bisa bertahan selama 50 tahun,” ujar Erlin, yang juga warga Ngada.
Baca Juga: KTT ASEAN Bikin Okupansi Hotel Labuan Bajo 100 Persen, 2 Kepala Negara Menginap di Bali
Hingga kini bambu masih menjadi bahan utama untuk bangunan. Kendati banyak orang sudah beralih ke beton, bangunan tertentu, seperti rumah adat, masih tetap menggunakan bambu. Selain tuntutan aturan adat, bambu juga masih dianggap sebagai bahan yang kuat.
Kekuatan itulah yang menjadi salah satu alasan bambu petung dianggap dapat digunakan sebagai rangka sepeda. Bambu yang berusia sekitar empat tahun dipotong kemudian dibelah menjadi bentuk bilah-bilah.
Selanjutnya, bilah bambu dikirim ke Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, untuk diproses menjadi rangka sepeda.
Menurut dia, para petani di Ngada dan wilayah lain di Pulau Flores merasa bangga dengan produksi sepeda bambu yang bahannya berasal dari kebun mereka.
Terlebih lagi, sepeda itu nantinya menjadi suvenir bagi para pemimpin yang hadir dalam KTT ASEAN.
Jika sepeda itu nantinya digunakan di negara mereka, diharapkan ada pula narasi tentang sejarah pembuatan sepeda, termasuk sumber bambu.
Dari situ, orang semakin mengenal Flores dengan segala macam kekayaan alamnya. Termasuk posisi Flores sebagai daerah dengan produksi bambu tertinggi di Indonesia.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.