Kompas TV cerita ramadan panduan

Prediksi 2 Mei Idul Fitri Berbarengan: Muhammadiyah Puasa 30 Hari, Pemerintah 29 Hari

Kompas.tv - 26 April 2022, 10:46 WIB
prediksi-2-mei-idul-fitri-berbarengan-muhammadiyah-puasa-30-hari-pemerintah-29-hari
Kegiatan Rukyatul Hilal 2022 (Sumber: Dok. Istemewa )
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Guru Besar Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta, Syamsul Bakri, menjelaskan tak akan adanya perbedaan mengenai penentuan 1 Syawal antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pada tahun 2022 ini.

Perbedaan dari keputusan kedua organisasi maupun pemerintah dalam penentuan 1 Ramadhan hanya akan berpengaruh pada jumlah hari berpuasa. Muhammadiyah yang menetapkan Sa'ban 29 hari menjalani puasa selama 30 hari. Sedangkan, pemerintah dan Nahdlatul Ulama yang menggenapkan Sa'ban 30 hari berpuasa selama 29 hari. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Senin, 2 Mei 2022, sebagai 1 Syawal 1443 H atau Idul Fitri 2022. Hal itu sesuai Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H.

Perbedaan tentang penentuan 1 Ramadhan pernah terjadi dalam sejarah. Terkini, Kemenag memprediksi Hari Raya Idul Fitri versi pemerintah dan Muhammadiyah akan jatuh pada tanggal yang sama, yakni Senin, 2 Mei 202. Namun pemerintah menganggap tetap harus melalui sidang Isbat.

Berdasarkan hal itu, Muhammadiyah akan berpuasa selama 30 hari. Sedangkan mereka yang mengikuti keputusan sidang Isbat pemerintah, puasanya hanya 29 hari.  

“Semua sepakat bahwa munculnya hilal adalah 1 Ramadan, tetapi berbeda pendapat tentang apakah malam itu sudah muncul atau belum,” kata Syamsul dilansir Kompas.com, Senin (25/4/2022) malam.

Beda Motode Menentukan Awal Bulan

Metode yang digunakan untuk menentukan kemunculan hilal, yakni rukyat dan hisab. Keduanya memiliki rujukan yang sama-sama kuat dalam Islam.

Rukyat sendiri adalah proses melihat hilal atau Bulan dengan mata atau teropong. Sedangkan hisab adalah metode perhitungan bulan menggunakan ilmu falak atau perbintangan (Astronomi).

Syamsul melanjutkan, dengan menggunakan ilmu hisab, awal bulan sudah dapat diketahui tanpa harus mengamati hilal secara langsung.

 “Di hadis dikatakan jika melihat Bulan, berpuasa. Tetapi jika belum, digenapkan Syakban-nya jadi 30 hari. Bagi Muhammadiyah (hilal 1 Ramadhan) itu sudah muncul ketika NU belum melihat (hilal). Muhammadiyah sudah melihat dengan hisab,” terang Syamsul.

Kondisi Derajat Hilal

Ia menambahkan, pada sidang isbat 1 Ramadhan 1443 H lalu, kondisi hilal jika dilihat atau diamati dengan mata, diragukan.

Hal tersebut lantaran derajat hilal masih rendah sekali, sehingga NU dan pemerintah memutuskan untuk menggenapkan bulan Syakban menjadi 30 hari.

“Kalau besok (1 Syawal) itu hampir ya menurut ilmu hisab sama dengan apa yang nanti diperoleh saat rukyat. Jadi bagi NU puasanya 29 (hari), bagi Muhammadiyah 30 hari karena tidak mungkin lebih dari itu,” ujar Syamsul.

Untuk itulah, diprediksi tahun ini akan berbarengan untuk Idul Fitri 2022. 

Penjelasan Hari Kalender dalam Islam

Wakil Rektor UIN Raden Mas Said ini juga memastikan, jumlah hari di bulan pada sistem penanggalan Hijriah adalah 29 atau 30.

Jadi, kata dia, tidak mungkin kurang dari 29 hari, atau lebih dari 30 hari.

Tak seperti pada kalender Masehi yang berbasis Matahari, kalender Hijriah atau sistem penanggalan dengan Bulan ini memiliki hari yang tidak pasti.

Dalam sejarah juga pernah terjadi hal demikian.

Berdasarkan sidang isbat Kemenag, Ramadan 1439 H atau Ramadan 2018 berjumlah 29 hari.  Sehingga, Idul Fitri 2018 dirayakan keesokan hari setelah sidang isbat, yakni pada 15 Juni 2018.

Pada tahun berikutnya, sidang isbat memutuskan bahwa Ramadan 1440 H atau Ramadan 2019 digenapkan menjadi 30 hari lantaran hilal tidak terlihat.

Hal tersebut berbeda dengan bulan pada kalender Masehi yang memiliki jumlah hari tetap, kecuali bulan Februari yang terdiri dari 28 atau 29 hari. Bahkan perbedaan jumlah hari di Februari pun, rutin setiap empat tahun sekali atau pada saat tahun kabisat.

“Kalau kalender Matahari (Masehi) kan jelas, kalau Maret sekian hari, April sekian hari, Mei sekian hari, jelas. Kalau Hijriah bisa 29 atau 30, tidak mesti,” imbuh Syamsul.

“Jumlah hari di bulan Hijriah sudah tetap 29 atau 30. Hanya berbeda soal menentukan apakah malam ini sudah masuk bulan baru atau belum,” tutup dia. 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV, Kompas.com

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x