“Keesokan hari malam qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan.” (HR. Muslim)
Malam lailatul qadar sudah terjadi dan terkadang, bagi yang mendapatkannya, malam itu terbawa dalam mimpi, seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu'anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi SAW diperlihatkan malam qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadan), kemudian Rasulullah SAW berkata, ”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir." (HR Muslim)
Abu Hurairah radliyallahuanhu berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
Ciri yang lain dari malam qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).
Dasarnya adalah hadis Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini:
Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tenteram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda lailatul qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu. (HR. Ahmad)
Juga ada hadis yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah SAW:
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).” (HR. At-Thabrani)
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ciri malam qadar adalah bila orang-orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Menurut Ustaz Sarwat, seorang muslim yang menghidupkan malam-malam Ramadannya, memungkinkan baginya mendapatkan malam qadar itu tanpa ia ketahui tanda malam mulia tersebut. Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.