Ia pun dikisahkan belajar di banyak guru dan syekh di luar Sumatera. Mulai dari Jawa hingga Makkah dan Madinah hingga sampai Maghribi, yakni Maroko.
Salah satu gurunya adalah Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz Al-Maghribi, seoang ulama ahli tasawuf dari Maroko.
Gurunya yang lain adalah Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Madani, ulama besar Ahlussunnah, yang berpengaruh hingga membawa ajaran sufi ke Nusantara.
Ia pun sempat lama tinggal di Arab, selama bertahun-tahun hingga di sana ia pun mengajar, serta disegani karena keluasan ilmunya. Lantas, ia kembali ke tanah air dan menyebarkan pengaruhnya ke masyarakat.
Ia berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara melalui dua jalur, yakni dengan mengarang kitab dan mengajar ulama-ulama Nusantara yang sedang belajar di Makkah-Madinah.
"Lewat dua jalur itulah, Syekh Abdusasamad al-Palimbani berhasil menancapkan pengaruhnya dalam sejarah Islam di nusantara," tulis Rizem Azied dalam buku di atas.
Salah satu yang paling kuat adalah soal tasawuf, serta inspirasi untuk melawan penjajahan Belanda.
Selama hidupnya, sosok ini lama tinggal di Kedah, Malaysia, dan tentu saja di Arab. Bahkan, ketika di Makkah-Madinah, beliau dikenal sebagai ulama yang sangat produktif menulis.
Ia menulis ratusan kitab dan dipelajari oleh ulama-ulama hingga kini. Beberpa karya tersebut di antaranya adalah:
Setelah mengabdikan seluruh hidupnya untuk umat, Syekh Abdus Samad al-Palembani wafat tahun 1200 H atau bertepatan pada tahun 1785 M.
Guru Besar Sejarah UIN Jakarta Prof Azyumardi Azra memperkirakan, sosok ini wafat di Arabia dalam usia 85. Terkait tempat ia dikebumikan beberapa sejarawan berbeda pendapat, ada yang mengatakan ia wafat di Makkah namun ada juga mengatakan ia dikebumikan di Kedah, Malaysia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.