Kompas TV cerita ramadan risalah

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Kalimantan yang Berpengaruh sampai Asia Tenggara

Kompas.tv - 13 April 2022, 12:43 WIB
syekh-muhammad-arsyad-al-banjari-ulama-kalimantan-yang-berpengaruh-sampai-asia-tenggara
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama berpengaruh dari Kalimatan yang menyebarkan Islam sampai Asia Tenggara (Sumber: Wikimedia Commons via Kompas)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Nama lengkap sosok ulama ini adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah seorang ulama besar yang berasal dari Kerajaan Banjar di Martapura, Kalimantan Selatan.

Bagi banyak ulama dan umat Islam, ia adalah guru dari para ulama dan tempat rujukan utama terkait mazhab Fiqih. Ia kerap dipanggil dengan sebutan Datu Kalampayan atau Tuan Haji Besar. 

Dikutip dari buku Pendidikan Islam menurut Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari karya Dr. Mufrida Zein, pengaruh dia terhadap perkembangan Pendidikan dan dakwah Islam di Nusantara begitu luas. 

Ia dikenal punya pengaruh besar tidak hanya di bidang agama, tapi juga membangun umat lewat Pendidikan, ekonomi dan tentu saja dengan jaringan internasional.  

Faktanya, ia dikenal tidak hanya di Kalimantan Selatan tapi jejak dan pengaruh ajarannya sampai ke Asia Tenggara. Itu berkat ajaran-ajarannya, serta kitab-kitab yang ia ditulis semasa hidup.

Baca Juga: Mengenal Syekh Kholil Bangkalan, Mahaguru Ulama dan Para Kiai Nahdlatul Ulama

Belajar ke Makkah, Pulang Membangun Negeri

Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari sendiri  lahir di Martapura, Kalimatan Selatan, yang menjadi salah satu pusat keagamaan Islam di Indonesia pada abad ke-16.  Para sejarawan berbeda pendapat terkait hari lahirnya, tapi dipercaya belau lahir tahun 1710.

Nama asli Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Sayyid Ja'far Al-Aydarus. Ia kemudian mendapat julukan Datu Kalampayan.

Ia sendiri merupakan salah satu ulama Indonesia yang memiliki jaringaan internasional. Beliau belajar di Makkah saat usia 30 tahun dan berinteraksi dengan ulama-ulama di sana.

Selama Muhammad Arsyad al-Banjari belajar di Mekkah, ia berguru langsung kepada beberapa guru besar, seperti Syekh Hasan bin Ahmad al-Yamani, Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad-Damanhuri, dan Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az-Zabidi.

Lantas, sepulang dari Mekah, ia mulai membangun masyarakat dan mengajarkan pengaruhnya terkait pengajaran Islam.

Kepulangan Itu terjadi pada tahun 1772. Lantas, ia ditunjuk oleh Sultan Tahmidullah II, yang saat itu memimpin Kesultanan Banjar untuk jadi pengembang Islam di Kesultanan Banjar hingga meluaskan pengaruhnya yang begitu besar hingga kini.

Pengaruh ke Masyarakat, Dikenal sebagai Wali 

Nama syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari lebih dikenal dikenal masyarakat lewat oral history, tutur rakyat secara turun temurun.

Dan lazimnya cerita lisan, kisahnya juga dikisahkan seperti halnya legenda. Ulama yang tidak hanya alim terkait pengetahuan Islam seperti fiqih, Syariah, ilmu alat hingga ilmu terkini.  

Ia dikenal bukan sekadar ulama, tapi juga wali yang kerap bersentuhan dengan kisah karamah seperti lazimnya Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa.

“Sehingga, nama Al-Banjari dikenal sebagai tokoh besar yang dihormati dan dikeramatkan di Kalimantan Selatan karena dianggap seorang wali. Ia mampu meluaskan pengaruhnya hingga masyarakat hingga ke Asia Tenggara,” tulis Dr. Mufrida Zein di buku di atas. 

Baca Juga: Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama, Sufi dan Pahlawan RI Peletak Dasar Islam di Afrika Selatan

Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Ia membuka pusat pendidikan agama Islam atau sebuah pondok pesantren yang diberi nama Dalam Pagar. Tempat ini sebagai pusat Islam.

Selain itu, kitabnya Sabilal Mubtadin menjadi pedoman pendidikan agama Islam di Kesultanan Banjar dan bahkan menjadi rujukan bagi penuntut ilmu Islam di Asia Tenggara.

Selain kitab itu, selama hidup ia juga menulis banyak kitab di antaranya adalah:

  • Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh
  • Kitab Tuhfatur Raghibin Kitab Nuqtatul Ajlan
  • Kitabul Fara-idl Kitab Sabi al-Muhtadin li at-Tafaqquh fi Amriddin
  • Kitab Kanz al-Makrifah Kitab Luqtat al-’Ijlan fi Bayan al-Haid wa Istihada wa Nifas al-Niswan

Beliau wafat setelah mengabdikan diri hampir seluruh hidupnya bagi perkembangan agama Islam dan kemajuan pendidikan Islam pada tahun 1812 di usia 102 tahun.

Setelah kematiannya, namanya terus dikenang sebagai ulama besar dari Kalimantan. Pusaranya sendiri terletak di Kalampayan, Kec. Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Makamnya diziarahi sepanjang tahun oleh banyak peziarah dari pelbagai wilayah di Indonesia hingga kini. Bukti ia adalah ulama besar dari Kalimatan yang dicintai dan berpengaruh besar bagi masyarakat. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x