JAKARTA, KOMPAS.TV - Salah satu ulama Indonesia yang mendapat pengakuan dunia internasional adalah Syekh Yusuf Al-Makassari. Ia bahkan dianggap peletak dasar Islam di Afrika Selatan dan menginspirasi perjuangan Nelson Mandela. Bagaimana kisahnya?
Kisah ini bermula dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan, 3 Juli 1626. Sosok ini adalah Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalawati al-Makassar Al-Bantani.
Dalam buku Syekh Yusuf Makassar: Ulama, Sufi Pejuang (Obor, 1994) oleh Abu Hamid diceritakan, ia adalah peletak dasar Islam di Afrika Selatan.
Hal ini lantaran, di Afrika Selatan, ia membawa banyak perubahan dan mengispirasi lewat ajaran-jarannya. Ia bersama murid-muridnya yang juga ulama memberi pengajaran kepada para budak dan tawanan perang soal konsepsi Islam dan kemanusiaan secara umum.
Ajarannya soal kesetaraan manusia disukai oleh banyak pihak, para warga melayu yang dibuang dan orang-orang Arab, serta warga lokal Afrika yang terpinggirkan. Ia bahkan mengispirasi perjuangan masyarakat Afrika Selatan yang ingin mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah penindasan penjajah.
Di negerinya sendiri, khususnya di kerajaan Gowa Makassar, Syekh Yusuf Al-Makassar merupakan ulama dan sufi yang dibenci Belanda lantaran senantiasa mengobarkan perlawanan ke penjajah.
Apalagi, posisinya juga penting di kerajaan itu, yakni sebagai salah satu pembesar kerajaan yang terus mengobarkan perlawanan.
“Orang bangsawan penting yang mencapai pantai kita (Afrika) adalah Syekh Yusuf. Pemimpin ini merupakan duri dalam daging bagi Kompeni Belanda di Hindia Timur,” kata Abu Hamid dalam buku tersebut (hal.63).
Baca Juga: Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Berpengaruh asal Kalimantan Selatan yang Dicintai Umat
Sedari kecil, Syekh Yusuf Al-Makassari sudah belajar Islam dan tradisi. Ia belajar dari ulama-ulama lokal. Usia 15 tahun, Syekh Yusuf dengan nama kecil Muhammad Yusuf itu mendapatkan pengajaran agama dari ulama kerajaan Gowa, Daeng RI Tassamang.
Lantas, ia pergi ke Banten dan Aceh, ia belajar pada ulama bernama Syekh Nuruddin Ar-Ranniri dan sejumla ulama. Lantas, pada tahun 1644 ia pergi ke Makkah dan Madinah, juga ke Yaman.
Ketika hendak balik ke Indonesia, ia tahu ia akan kesulitan. Selama hampir 20 tahun di Timur Tengah, ia bergerilya menyiapkan para murid dan berkorespondensi dengan ulama-ulama dan jaringan perjuanga di Indonesia untuk mengobarkan perjuangan melawan penjajah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.