JAKARTA, KOMPAS.TV - Semasa kecil, saat awal mengenal dan belajar puasa Ramadan, kita diperkenalkan pada satu hal oleh guru atau orang tua kita sendiri. Bahwasanya, di bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu dan dikurung oleh Allah SWT.
Perihal setan yang dibelenggu selama bulan Ramadan ini, merujuk pada hadits:
“Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ditutup dan setan-setan dibelenggu."
Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar. Mereka meriwayatkannya dari Ismail bin Ja‘far, dari Abu Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dari Baginda Nabi SAW.
Terkait kesahihannya, tak perlu diragukan mengingat hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya nomor 1079, yang termasuk salah satu dari dua kitab hadits paling otoritatif di tengah kaum Muslimin.
Baca juga: Kisah Azazil, dari Pemimpin Malaikat hingga Dikutuk Allah SWT Jadi Iblis
Kemudian, yang kita ketahui, setan dibelenggu agar tidak menggoda orang yang berpuasa sehingga mereka bisa fokus beribadah selama bulan suci Ramadan.
Namun, pertanyaan lain muncul. Pertanyaan ringan, unik, namun penting dicarikan jawabannya: Mengapa di bulan Ramadan masih banyak saja manusia yang maksiat dan mengumbar syahwat?
Melansir dari laman resmi NU, para ulama ternyata memiliki pandangan yang beragam terkait kata 'mengikat' atau membelenggu' di dalam hadits tersebut.
Al-Halimi yang dikutip oleh Badruddin Al-Aini dalam ‘Umdatul Qari mengatakan, mungkin saja hadits ini bermakna bahwa setan senantiasa mencuri-curi dengar informasi langit. Namun, pada bulan suci Ramadhan, mereka tidak dapat melakukan hal itu karena dibelenggu, termasuk menggoda manusia.
Sebagaimana diketahui, zaman Al-Qur‘an diturunkan mereka senantiasa dihalang-halangi mencuri tahu wahyu yang turun. Itu terjadi antara lain demi menjaga keotentikan wahyu. Mungkin pula hadits ini bermakna, pada bulan Ramadan setan tidak terlalu leluasa menggoda manusia layaknya pada bulan-bulan lain karena kesibukan manusia berpuasa, membaca Alquran, berzikir, dan seterusnya.
Dengan demikian, istilah “dibelenggu” menjadi ungkapan atas kelemahan setan menyelewengkan, menggoda manusia, dan memperindah keinginan syahwat manusia.
Kemudian, menurut Abu Muhammad penulis Kitab ‘Umdatul Qari, mengapa kemaksiatan masih merebak pada bulan Ramadhan walau setan dibelenggu? Jawabannya setan terbelenggu pada bulan itu bagi orang-orang berpuasa yang menjaga syarat, rukun, dan adabnya. (Syekh Badruddin Al-Aini, ‘Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz X, halaman 270).
Baca juga: 8 Amalan Sunnah yang Sebaiknya Dilakukan Selama Bulan Ramadan
Pendapat lain, bahwa setan yang dibelenggu hanya sebagian saja, tidak seluruhnya. Jadi, maksud hadits ini hanya membatasi ruang gerak setan dan jin-jin jahat saja. Itu pun dilakukan oleh orang-orang yang berpuasa.
Kemudian, pembelengguan setan tidak berhubungan langsung dengan keburukan dan kemaksiatan manusia. Sebab, dalam diri manusia masih terdapat pemicu atau pendorong keburukan lain, yakni nafsu, kebiasaan buruk, dan setan manusia. Adakalanya, tanpa setan, kebiasaan buruk akan mendorong manusia untuk berbuat buruk. Saat tidak dibelenggu pun, setan hanya mendorong dan memperindah keburukan. (Jamaluddin Abul Farj, Kasyful Musykil min Haditsis Shahihain, juz III, halaman 409).
Hal itu sama seperti yang dituliskan ulama muda yang juga disebut habib milenial, yaitu Habib Husein Ja'far Al Hadar. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.
"Kata Nabi SAW sih emang setan dibelenggu saat Ramadan. Tapi, ingat dong kalau ada nafsu di dalam diri kita yang masih bisa menyesatkan kita," tulisnya.
Tetapi ada pula yang menafsirkan ungkapan hadits ini sebagai kiasan, seperti yang dikatakan Abu ‘Umar Yusuf Al-Qurthubi.
“Menurut hemat saya, maksud ‘dibelenggu’ di sana adalah majaz (kiasan). Maknanya, wallahu a‘lam, Allah senantiasa menjaga kaum Muslimin yang taat di bulan Ramadan dari godaan setan sehingga mereka mampu menghindari kemaksiatan. Dengan begitu, setan tidak leluasa menggoda mereka yang berlainan halnya dengan bulan-bulan di luar Ramadhan,” (Al-Istidzkar, juz III, halaman 377).
Baca juga: Kisah Pilu Wafatnya Putri Rasulullah Fatimah Azzahra di Awal Ramadan, Bikin Sayyidina Ali Terpukul
Dengan demikian, pengertian setan dibelenggu dalam hadits tersebut tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah. Mayoritas ulama hadits bahkan menafsirkannya secara kiasan. Artinya, setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya. Pada saat yang sama, Allah memelihara mereka dari perbuatan tercela.
Oleh karena itu, berusahalah untuk menjauhi kebiasaan buruk, menjauhi manusia setan, dan mengendalikan nafsu yang kerap ditumpangi setan jin dalam menyesatkan manusia. Jangan lupa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari keburukan makhluk terkutuk itu.
Wallahu a‘lam bishawab.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.