"Letak geostrategi kita di lintas silang dunia. Lebih dari USD 5,3 t trade yang lewat lalu lintas di sana,” ujar Luhut.
Daya tarik selanjutnya, kata dia, terkait jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, maka akan mudah untuk menyerap tenaga kerja.
Terakhir, Indonesia mempunyai daya tarik karena ada Omnibus Law. Sebab, dengan aturan baru itu, menjadi lebih mudah karena regulasinya dipangkas, sehingga lebih efisien dan selaras, serta tidak tumpang tindih dan menghambat perizinan.
Baca Juga: Hasil Survei, Yasonna, Erick hingga Luhut Masuk Daftar Layak Di-reshuffle
Saat ini, kata dia, pemerintah Indonesia telah mempersiapkan strategi pemulihan ekonomi nasional dengan hilirisasi industri pertambangan sebagai strategi utama.
Salah satu yang akan digenjot oleh pemerintah yakni pada industri mineral nikel. Luhut mengatakan, pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab bisa memberikan nilai tambah yang signifikan.
Kemenko Maritim dan Investasi sudah menghitung ada peningkatan nilai ekspor hingga 10,2 kali apabila bijih nikel itu diolah menjadi stainless steel slab. Pasalnya, harga bijih nikel hanya sekitar US$ 31 per ton. Sementara, stainless steel slab bisa US$ 1.602 per ton.
Belum lagi, kalau nikel tersebut bisa diolah menjadi baterai lithium. Baterai lithium menjadi produk yang diperkirakan melonjak kebutuhannya pada beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Luhut Kaget Bank Dunia Umumkan Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas
Mengingat, sejumlah negara di dunia mulai mengalihkan bahan bakar kendaraannya dari energi fosil ke yang lebih bersih seperti kendaraan listrik.
"Indonesia memiliki cadangan mineral yang cukup untuk bisa menjadi pemain kunci di industri baterai lithium. Sebab, Indonesia cadangan nikelnya besar," ujar dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.