Startup global terdampak langsung dari bangkrutnya SVB karena menyangkut pembiayaan dan penempatan dana. Untuk penempatan dana, masih tertutupi oleh pernyataan pemerintah AS yang menjamin semua dana kembali.
Baca Juga: Bukan di RI, Produsen Mobil Listrik Asal China BYD Bikin Pabrik di Thailand
Tetapi, lanjut Piter, startup global yang selama ini mendapatkan pembiayaan dari SVB harus mencari sumber pendanaan lain.
"Upaya mencari sumber pendanaan lain ini, kalau tidak berhasil akan mempengaruhi operasi startup," katanya.
Piter menilai, tidak ada hubungan langsung antara kejatuhan SVB dengan startup lokal di Indonesia.
"Saya tidak melihat hubungan langsung antara SVB dengan startup lokal karena setahu saya tidak ada startup lokal yang mendapatkan pembiayaan langsung dari SVB," ujarnya.
Ia menuturkan, startup lokal sudah lebih dulu melakukan konsolidasi karena terputusnya pembiayaan dari investor global pada tahun 2021-2022.
Meskipun tidak ada dampak langsung, namun menurut Piter, tentu ada dampak tidak langsung karena bangkrutnya SVB akan berdampak kepada industri startup global yang sedikit banyak memiliki keterkaitan.
Baca Juga: Polda Bali Sita Lamborghini dari WN Rusia, Nunggak Pajak Rp104 Juta
Sedangkan menurut ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto, peristiwa kejatuhan SVB merupakan dampak dari kenaikan suku bunga yang agresif, disertai dengan pengetatan likuiditas di sistem keuangan.
Oleh karenanya, ia menilai langkah Bank Indonesia (BI) sudah sangat tepat tidak menaikkan suku bunga secara signifikan dan memastikan likuiditas masih mencukupi di sistem keuangan di dalam negeri.
Di sisi lain, peristiwa penutupan SVB kemungkinan akan berpengaruh kepada arah suku bunga di AS ke depan, yang dapat menyebabkan kemungkinan Bank Sentral AS atau The Fed tidak agresif menaikkan suku bunga.
Mengutip Kompas.com, Silicon Valley Bank merupakan investor bagi beberapa perusahaan startup teknologi seperti Roblox, Vox Media, dan juga Unity Technologies. Atas kondisi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan AS selaku regulator federal mengambil alih Silicon Valley Bank.
Kejadian itu juga merupakan kegagalan terbesar pada bank AS sejak kebangkrutan Washington Mutual pada 2008 silam.
SVB menjadi bank terbesar ke-16 di AS dengan total aset tercatat pada akhir 2022, sejumlah 209 miliar dolar AS yang setara dengan Rp 3.229 triliun (kurs Rp 15.450 per dollar AS), dan deposito sejumlah 175,4 miliar dollar AS atau Rp 2.709 triliun.
Baca Juga: Tarif Tol Bogor Ring Road atau BORR Naik, Simak Daftar Lengkapnya
Namun demikian Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mencatat sebanyak 89 persen simpanan yang berada di Silicon Valley Bank atau sejumlah 175,4 miliar dollar AS tidak diasuransikan pada akhir 2022.
SVB didirikan pada tahun 1983, di mana fokus perusahaan adalah dalam memberikan modal untuk perusahaan rintisan teknologi.
SVB menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi, serta usaha perawatan kesehatan di AS. SVB juga termasuk di antara 20 bank komersial AS teratas berdasarkan total asetnya.
Sumber : Antara, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.