Namun, harga tersebut sebenarnya masih di bawah harapan petani.
Arief beralasan, angka itu ditetapkan karena pemerintah harus menyeimbangkan harga beli Bulog dengan harga jual kepada konsumen.
Apabila harga di tingkat petani terlampau tinggi, maka harga eceran beras akan naik dan seperti saat ini, beras menjadi pendorong inflasi tertinggi.
Adapun Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menuturkan, Bulog siap menyerap hasil panen raya. Saat ini di gudang Bulog tersedia 405.000 ton beras dan terus didistribusikan.
Tahun ini, Bulog ditugaskan menyerap 2,4 juta ton beras. Pada panen raya ini, diperkirakan Bulog bisa menyerap sampai 70 persen dari tugas tersebut yang akan menjadi cadangan beras pemerintah.
Baca Juga: Harga Cabai dan Beras di Bali Mulai Naik
Di sisi lain, impor 500.000 ton beras yang dilakukan bertahap sejak Desember dilanjutkan. Sedikitnya 50.000 ton beras impor baru akan masuk Februari ini.
Impor dinilai penting untuk mengendalikan inflasi.
“Apalagi (kalau) enggak impor, (harga beras bisa naik) lebih tinggi lagi,” katanya.
Arief manambahkan, impor dilakukan terukur untuk menjaga harga beras di tingkat petani. Lagi pula, saat ini tak mudah mengimpor bahan pangan karena negara-negara lain juga mengamankan cadangan pangannya.
Sumber : Kompas TV, Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.