JAKARTA, KOMPAS.TV- Masyarakat di sejumlah daerah mengeluhkan langkanya pasokan minyak goreng bersubsidi, MinyaKita. Sekalipun ada, harganya tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar Rp14.000. Kini, MinyaKita dijual seharga Rp16.000 hingga Rp20.000 per liter.
Mengatasi hal tersebut, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan pasokan MinyaKita sebenarnya tidak berkurang. Namun semakin banyak masyarakat yang membeli MinyaKita sehingga harganya menjadi naik.
“Seperti minyak goreng, yang dijamin pemerintah itu MinyaKita, cuma repotnya yang dicari orang itu minyak kita. Jadi berebut, semuanya mencari minyak goreng Minyakita. Jadi saya minta stok ditingkatkan,” kata pria yang akrab disapa Zulhas ini kepawa wartawan, usai menghadiri acara Jalan Sehat Masyarakat Jakarta Timur di Malaka Sari, Duren Sawit, Minggu (29/1).
Untuk mengatasinya, Zulhas sudah mengeluarkan aturan peningkatan rasio Domestic Market Obligation (DMO) sawit.
Baca Juga: Stok Minyak Goreng Curah Kosong di Pasaran
“Pasokan dalam negeri kita tingkatkan, kalau dulu (pasokan) ngasih dalam negeri 1, ekspornya 9. Sekarang tidak, suplai dalam negeri tetap 1, ekspornya cuma 6. Jadi tentu akan lebih banyak dibanjiri dalam negeri,” ujar Zulhas.
Hal itu dilalukan untuk menjaga pasokan minyak goreng di dalam negeri. Apalagi sebentar lagi menjelang bulan puasa, dimana kebutuhan minyak goreng akan meningkat.
“Tapi sekali lagi ini mau puasa, kita memang sudah mempersiapkan secara serius karena tidak mudah. Tahu sendiri, kalau lebaran pada bikin kue, akan masak, padahal ayam bertelur itu sehari satu, nggak bisa dua kan? Makanya lagi atur supaya suplai (dalam negeri) cukup,” tuturnya.
Sejumlah ibu rumah tangga mengeluhkan kenaikan MinyaKita. Nita misalnya, ibu rumah tangga di Cileungsi, Kabupaten Bogor Jawa Barat, yang mengaku harga MinyaKita kini Rp16.000 padahal biasanya Rp14.000, sesuai yang tertera di kemasan.
Baca Juga: Minyakita Sulit Dicari, Harga Minyak Goreng pun Naik
"Udah semingguan ini naik, kata penjualnya emang dari sananya naik," ucap Nita kepada Kompas TV, Senin (30/1/2023).
Sejak harga minyak goreng meroket tahun lalu, Nita mulai membeli MinyaKita. Produk itu sangat membantunya karena bisa mendapatkan minyak goreng yang kualitasnya lebih baik dari minyak curah, namun harganya lebih murah dari minyak goreng kemasan premium.
Selain di warung kelontong, ia juga sering membeli MinyaKita di minimarket. Pada masa awal ia harus menunjukkan KTP tiap membelinya, namun kini sudah tidak perlu lagi. Tapi masalahnya, stok MinyaKita di minimarket sering kosong.
Solusinya, ia sering memantau diskon minyak goreng di media sosial minimarket langganannya.
"Tiap Jumat-Minggu selalu ada diskon, jadi enggak beda jauh harganya. Ya saya beli aja, kadang Bimoli, kadang Tropical, mana yang lagi diskon gede aja," sebutnya.
Baca Juga: Dituntut Denda Rp10,9 Triliun, Bos PT Wilmar Nabati Tuding Pemerintah Penyebab Minyak Goreng Langka
Selain itu, Nita mulai mengurangi memasak menu yang digoreng agar lebih hemat.
Sementara itu, pasokan MinyaKita di Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, juga hanya tersedia di pasar. Di warung-warung dan minimarket dekat rumah warga sudah tidak ada. Sehingga warga yang ingin membeli minyak goreng subsidi itu harus ke pasar.
"Emang yang paling murah ini MinyaKita," ujar Sri, seorang pedagang gorengan.
Ia berharap harga MinyaKita bisa kembali ke Rp14.000. Karena selama bulan puasa Sri akan menambah produksi gorengannya, sehingga membutuhkan lebih banyak minyak goreng.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.