“Perlengkapan Kebersihan, Minuman, Makanan Jadi (makanan siap saji dan masak), Perawatan Tubuh dan Kecantikan hingga Daging dan Seafood menjadi beberapa subkategori dengan kenaikan transaksi paling tinggi di periode tersebut,” ungkap Ekhel.
Sementara itu, sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono, menyebut lato-lato bisa menjadi peluang kembalinya permainan lama, seperti gobak sodor dan petak umpet.
"Yang membuat saya tertarik adalah bagaimana reproduksi sosial bisa terjadi dan memori permainan lama bisa hidup kembali," kata Drajat di Solo, Jawa Tengah, dikutip dari Antara, Rabu (11/1).
Baca Juga: Sisi Positif dan Negatif Lato-Lato Menurut Psikolog, Mainan yang Bermanfaat Sekaligus Berbahaya
Ia awalnya menduga permainan tersebut tidak akan bertahan lama mengingat lato-lato merupakan permainan zaman dulu. Meski demikian, ternyata makin banyak orang termasuk remaja dan dewasa yang suka dan ikut memainkannya.
Melihat realita tersebut, ia memperkirakan di masa depan permainan-permainan tradisional lain yang sudah lama tidak dimainkan bisa hidup kembali. Ia juga menilai lato-lato dapat menjadi perekat hubungan sosial bagi anak-anak yang lahir dan besar di zaman digital.
"Terlebih dengan adanya media sosial dapat membantu penyebaran hal tersebut," sebutnya.
"Permainan ini juga berfungsi untuk meningkatkan vitalitas sosial dan daya hidup karena memerlukan interaksi satu sama lain. Hebatnya, lato-lato ini muncul dan hadir kembali secara viral tapi tidak dalam basis digital," tambahnya.
Ia mengatakan permainan tersebut memunculkan memori masa lalu para orang tua yang masa kecilnya tidak asing dengan permainan-permainan zaman dulu. Hal ini menyulut habitualisasi terhadap permainan lato-lato sehingga lebih mudah untuk menghidupkannya.
Baca Juga: KPAI Sebut Larangan Bawa Lato-Lato ke Sekolah Kurang Bijak, Ini Alasannya
"Tidak hanya anak-anak tetapi orang tua juga ikut bermain karena ini ada kaitannya dengan memori permainan zaman dulu yang memiliki ciri-ciri kolektivitas dan solidaritas tinggi. Setiap bermain pasti harus berkumpul dengan yang lain dulu sehingga membangun ikatan solidaritas pertemuan dan moral atau kebersamaan. Ini beberapa nilai sosial yang bisa diambil dari munculnya kembali latto-latto ini," tuturnya.
Manfaat lain dari permainan ini adalah menjauhkan anak dari gadget yang akhir-akhir ini menjadi teman akrab anak-anak.
"Meskipun saat ini banyak permainan di gadget, tapi latto-latto bisa muncul kembali sebagai permainan yang dimainkan secara kolektif dan langsung. Tentu, lato-lato dapat berperan dalam mengurangi intensitas penggunaan gadget pada anak-anak," tandas dia.
Sumber : Kompas TV, Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.