JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency, NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya mewaspadai kenaikan harga beras, cabai, dan telur ayam ras menjelang Natal dan Tahun Baru atau Nataru agar tidak terjadi lonjakan harga.
"Jelang Nataru, beberapa komoditas yang kita harus waspadai kenaikannya adalah beras, telur, cabai. Kita sekarang sedang kerja keras bersama pelaku-pelaku usaha, dengan BUMN di bidang pangan ada Bulog, ID Food dan seluruh dinas terkait," kata Arief seperti dikutip dari Antara, Selasa (6/12/2022).
Berdasarkan data Pusat Harga Pangan Strategis Nasional, hingga Selasa kemarin harga rata-rata telur ayam ras di seluruh Indonesia adalah sebesar Rp30.050 per kilogram.
Angka itu stagnan sejak 1 Desember 2022.
Harga tertinggi per 6 Desember tercatat di beberapa daerah seperti Gunung Sitoli Sumatera Utara Rp36.000 per kg,
Di Lombok Timur di NTB sebesar Rp34.000 pernah, Tual di Maluku sebesar Rp46.000 per kg, dan Merauke sebesar Rp54.000 per kg.
Baca Juga: Sentil Bulog dan Kementan soal Data Stok Beras, Jokowi: Hati-hati Larinya Bisa ke Isu Sosial-Politik
Selanjutnya, harga rata-rata nasional cabai rawit merah adalah sebesar Rp47.200 pada 1 Desember kemudian naik jadi Rp52.400 per 6 Desember.
Adapun harga tertinggi berada di Jayapura sebesar Rp81.200 per kg dan Tual sebesar Rp125.000 per kg.
Untuk komoditas beras medium, harga rata-rata nasional juga naik pada periode 1 Desember hingga 6 Desember.
Yakni dari Rp12.350 per kg menjadi Rp12.400 per kg untuk beras medium I. Kemudian dari Rp12.150 menjadi Rp12.200 per kg untuk beras medium II.
Sedangkan untuk harga di wilayah DKI Jakarta, data terbaru pada 7 Desember 2022 tercatat harga rata-rata telur ayam ras sebesar Rp31.611 per kg.
Harga tertinggi ada di Pasar Pondok Labu Jakarta Selatan sebesar Rp33.000 per kg.
Sedangkan harga rata-rata cabai rawit merah di Jakarta adalah sebesar Rp50.400 per kg, dengan harga tertinggi di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan sebesar Rp60.000 per kg.
Baca Juga: PPKM Diperpanjang hingga 9 Januari 2023, yang Mau Liburan Nataru Simak Aturannya
Arief pun meminta kepada pemerintah daerah, khususnya dinas yang berkaitan dengan pangan, untuk memerhatikan neraca pangan di daerahnya masing-masing agar jangan sampai kekurangan stok pada suatu komoditas tertentu.
"Misal kurang gula, kita bisa lakukan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah defisit. Lalu minyak goreng, cabai, ini kita minta teman-teman komunikasi, kerja sama antar daerah, jadi saling isi dari wilayah surplus ke defisit," katanya.
Arief mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan intervensi apabila terjadi lonjakan harga pada sejumlah komoditas tersebut.
Dia menjelaskan bahwa untuk komoditas pangan pokok beras, Bulog akan terus melakukan intervensi dengan operasi pasar.
Adapun Bulog disebutkan telah menggelontorkan 1 juta ton beras selama 2022 untuk mengintervensi harga di pasar agar tidak naik terlalu tinggi.
Baca Juga: Elon Musk Girang Apple dan Amazon Kembali Beriklan di Twitter
"Jadi hari ini sudah ada intervensinya Bulog. Kita masih ada 514 ribu ton yang kita akan terus intervensi sampai Desember dan Januari," jelasnya.
Badan Pangan Nasional juga melakukan upaya pengendalian inflasi pangan pada akhir tahun dengan menggelar pangan murah di berbagai daerah, serta memobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit.
Mobilisasi pangan yang dilakukan melalui fasilitasi distribusi atau Business to Business (B2B) dari daerah surplus ke daerah defisit tersebut akan dilaksanakan dari minggu pertama hingga ketiga Desember
Sumber : Antara, Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.