"Karena biasanya kalau permintaan dari luar negeri itu tidak hanya satu atau dua lembar, tapi jumlahnya cukup banyak dan saat ini bukan hanya ke Amerika, saja namun juga sudah ke negeri India," sebutnya.
Baca Juga: Ketahui Makna 5 Corak Batik Ini: Parang, Kawung, Truntum, Sidoasih, dan Sekar Jagad
Sedangkan, untuk pasar domestik, Liswati mengaku sudah melayani permintaan ke seluruh wilayah Nusantara baik dilakukan secara individu maupun bersama pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah.
"Kalau pasar dalam negeri paling banyak permintaan itu dari Surabaya dan Jakarta, akan tetapi secara umum hampir seluruh provinsi sudah pernah kami layani untuk permintaan kain tenun Donggala dengan total keuntungan dalam satu bulan itu bisa mencapai Rp70 juta," ungkapnya.
Sayangnya, kondisi tersebut mulai berubah pascapandemi Covid-19 sebab mengalami penurunan permintaan dari berbagai daerah bahkan lokal.
Adapun rumah produksi kain tenun Donggala itu telah dimulai sejak 1975 oleh keluarga Liswati dengan berbagai fasilitas yang belum begitu memadai.
Dia merupakan generasi pertama dari bapaknya dalam melanjutkan usaha ini mulai tahun 2000 hingga sekarang.
Liswati mengaku memilih untuk melanjutkan industri tersebut karena mengandung nilai budaya yang dalam serta sejarah yang tidak dapat dinilai dari sisi ekonomi.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pemerintah dapat mengedepankan berbagai program kerja yang dapat memberdayakan berbagai ekonomi dengan basis budaya.
"Karena melestarikan budaya adalah tanggung jawab bersama, bukan individu saja," tuturnya.
Sumber : Antara, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.