Proses pertama yang perlu dilakukan adalah eksplorasi untuk mengetahui posisi batu bara. Setelah posisi batu bara diketahui, dibuatlah peta geologi untuk dilakukan pemboran. Tujuannya adalah melihat sejauh mana akutasi penyebaran batu bara.
Setelah itu, dibuat perencanaan tambang, model geologi, dan pemetaan dengan software khusus. Dari rencana tambang dapat diperkirakan jumlah komoditas dan cadangan yang memiliki nilai ekonomi lebih.
Sebelum proses penambangan dilakukan diperlukan sejumlah persiapan. Pertama, lahan yang akan ditambang harus terlebih dahulu sudah terbebas dari hak pihak lain. Meskipun perusahaan memiliki izin usaha pertambangan, bila masih menyangkut hak pihak lain, harus segera diselesaikan.
Agar lahan bisa digali, diperlukan proses land clearing atau pembersihan lahan dari sejumlah material seperti pepohonan, hutan belukar, hingga alang-alang. Untuk menyelamatkan tanah agar bisa digunakan dan ditanami kembali, dilakukan pemindahan sejumlah lahan yang memiliki unsur tertentu.
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan peralatan penambangan yang dilakukan secara terbuka. Sebelumnya, PTBA memiliki tambang tertutup di Air Laya. Namun, tambang tersebut sudah ditutup dan kini seluruhnya sudah merupakan tambang terbuka.
Proses selanjutnya yaitu pengupasan tanah penutup (stripping overburden), penggalian, dan pemisahan batu bara (parting). Setelah proses penambangan dan penggalian selesai, komoditas batu bara akan dikirim ke stockpile.
Lalu, batu bara dibawa menggunakan kereta hingga ke pelabuhan seperti yang ada di Tarahan Lampung atau ke Dermaga Kertapati Palembang.
Tahapan proses bisnis batu bara menurut Suhedi yang terpenting adalah sudah mengetahui pihak yang akan menggunakannya di pasar. Kemudian, perlu juga diketahui jumlah dan kualitas batu bara yang dibutuhkan.
Batu bara yang diproduksi PTBA telah diekspor ke sejumlah negara, seperti India, Cina, Jepang, dan Korea. Namun, PTBA yang merupakan BUMN tetap memprioritaskan kebutuhan batu bara dalam negeri.
Aktivitas Budidaya Anggrek di Area Penambangan Batu Bara
Sebagai bentuk good mining practice di perusahaan, salah satu cara yang ditempuh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) adalah melalui proses reklamasi. Uniknya, di sekitar lahan reklamasi PTBA, tepatnya di kawasan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, terdapat aktivitas budidaya anggrek.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Selatan bekerja sama dengan PTBA untuk menyelamatkan dan membudidayakan sejumlah spesies anggrek hutan. Untuk menuju lokasi anggrek tersebut tidak mudah, harus berjalan kaki karena habitat aslinya yang berada di dalam hutan.
Hal ini dijelaskan oleh Pungki Nanda Pratama, Kader Konservasi BKSDA Sumatra Selatan. Pungki memaparkan, anggrek merupakan polinator yang sangat bermanfaat bagi tanaman di sekitarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.